REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dunia anak adalah dunia yang menyenangkan. Tapi tidak jarang dunia yang menyenangkan tersebut harus tercerabut paksa. Itulah yang dialami anak-anak korban penggusuran di Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara.
Para bocah di sana kini bermain di atas puing sisa bongkahan dengan segala traumatik dan ingatan pembongkaran rumah mereka oleh ribuan personel Satpol PP, polisi, dan TNI.
Namun Pemerhati Anak Ifen Ong mengatakan, orang tua harus tetap bisa melindungi, menghargai dan memberi ruang bermain untuk anak-anaknya. "Masalah pemerintah biarkan itu jadi tanggung jawab mereka, yang penting orang tua harus bisa melindungi anak dengan sepenuh hati agar anak bisa berkembang dengan baik tanpa membebani hal-hal yang seharusnya tidak dialami anak," katanya, Rabu (20/4).
Ifen mengatakan, setiap ada penggusuran orang tua biasanya histeris. Hal ini yang membuat anak takut dan traumatik. Jika orang tua histeris, lanjut Ifen, tentu anak akan melakukan hal yang sama.
Ifen mengatakan, anak-anak bukan miniatur orang tua. Mereka harus tetap dapat menjalani hidup mereka dengan baik. Ifen mengatakan, anak-anak korban penggusuran harus memiliki tempat untuk belajar dan bermain. "Malam mereka kembali ke orang tua enggak masalah," katanya.