REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Perekonomian yang kian membaik, menjadi salah satu ornamen yang turut menghiasi wajah Kabupaten Bandung dalam usianya 375 tahun. Membaiknya kondisi tersebut, secara makro ditandai dengan semakin bertambahnya nilai investasi dan meroketnya volume ekspor ke luar negeri.
Berdasarkan media rilis dari Humas Setda Kabupaten Bandung, data yang diperoleh dari Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Bandung tercatat selama tahun 2015 volume ekspor perdagangan keluar negeri yang berasal dari Kabupaten Bandung tercatat 198.351.794,06 Kgm dengan nilai US$ 820.972.774,66. Atau mengalami kenaikan dibanding tahun 2014 lalu yang mencapai 160.204.719,30 Kgm dengan nilai US$ 777.105.780,12.
Dari daerah yang berpenduduk 3,5 juta jiwa ini (BPS tahun 2015) barang yang diekspor diantaranya cokelat, arang kayu, tekstil dan produk tekstil, tas kulit, pakaian rajut, bohlam listrik, perlengkapan fotografi, alat-alat medis, plastik, susu, kabel, kopi, asbes dan seng.
Sebagian besar barang tersebut dikirim Uni Eropa, Amerika Serikat, Kanada, Kawasan ASEAN, Korea Selatan, Tiongkok, Jepang, Australia, New Zealand, India dan Pakistan. Volume ekspor yang kian menguat, tentunya pula didukung oleh kualitas barang produksi yang tidak mengecewakan.
Di samping terbangunnya regulasi peraturan di daerah yang semakin kondusif. ‘’Kualitas barang yang diekspor harus memiliki nilai daya saing tinggi, karena tidak menutup kemungkinan barang yang sama diproduksi pula oleh negara lain,’’ ungkap Bupati Bandung H. Dadang M. Naser, SH., S.IP., M.Ipol.
Jika melihat potensi tersebut, wajar saja kalau H. Dadang M. Naser atau biasa disapa Kang DN punya keinginan seperti itu. Ia menunjuk ada beberapa komoditi pertanian yang sudah menembus pasaran ekspor seperti, kopi, cokelat, teh dan jeruk. "Khusus untuk Kopi, sebagian besar diekspor ke kawasan Afrika seperti Maroko dan beberapa negara Eropa,"Kata H. Dadang M. Naser.
Hal lain yang menjadi pertanda semakin kondusifnya perekonomian suatu daerah dari sisi makro, antara lain munculya kepercayaan para pengusaha untuk menanamkan modalnya dalam berbagai jenis usaha. Mereka merasa yakin, investasi yang ditanamkannya bisa meraup untung karena ada sokongan kemudahan perijinan, kepastian hukum, tersedianya sumber daya manusia disamping situasi keamanan dan ketertiban yang terjamin.
Kepercayaan pengusaha untuk menanamkan modalnya di Kabupaten Bandung ternyata tidak pernah luntur. Kendati daerah yang memiliki luas wilayah ± 1.762 kilometer persegi ini masih kerap dilanda musibah banjir tahunan disejumlah titik.
Mulai Dayeuhkolot, Bojongsoang, Baleendah, Rancaekek, Banjaran dan Majalaya yang notabene merupakan lokasi berdirinya pabrik-pabrik besar. Betapa kepercayaan yang terus tumbuh, terbukti dengan semakin bertambahnya nilai investasi yang pada tahun 2015 mencapai Rp 9,4 trilyun.
Nilai sebesar itu mencakup 2.698 proyek dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 66.869 tenaga kerja pribumi dan 144 tenaga kerja asing. Sementara pada tahun 2014, nilai investasi tercatat sebesar Rp 6,2 trilyun yang tersebar di 2.534 proyek dengan serapan tenaga kerja sebanyak 51.828 orang ditambah tenaga kerja asing 65 orang.
Nilai investasi yang kian bertambah, menurut Kepala BPMP (Badan Penanaman Modal dan Perijinan) Kabupaten Bandung Drs. H. Ruli Hadiana, S.IP sebagian besar masih bertumpu disektor sekunder seperti, industri makanan, tekstil, farmasi, karet & plastik disamping industri logam dan mesin.
"Kontribusi sektor sekunder terhadap jumlah investasi sekitar 95,11 persen, disusul sektor tersier sebesar 4,26 persen dan primer menduduki terkecil sekitar 0,63 persen," kata H. Ruli Hadiana.
Sementara menanjaknya indeks pembangunan manusia (IPM) yang dipengaruhi oleh indeks kesehatan, pendidikan dan daya beli telah menjadi bukti lain semakin membaiknya pembangunan bidang sosial di Kabupaten Bandung.
Badan Pusat Statistik (BPS) setempat mencatat, IPM Kab. Bandung tahun 2015 tercatat 76,45 poin ada kenaikan dibanding tahun 2014 sebesar 75,69 poin. Kecamatan Cileunyi yang pada tahun 2014 lalu menduduki ranking pertama dalam sebaran capaian IPM, untuk tahun 2015 terpaksa bergeser menempati posisi kedua (79,22 poin) digantikan Kecamatan Margahayu yang meraih capaian 79,24 poin.
Sedangkan posisi ketiga ditempati Kecamatan Rancaekek sebesar 78,91 poin dan posisi keempat diraih Kecamatan Dayeuhkolot dengan raihan 78,77 poin. Sementara Kecamatan Baleendah menempati posisi kelima dengan raihan 78,58 poin. Sebagian besar kelima kecamatan yang meraih capaian IPM terbaik tersebut, disumbang oleh indeks daya beli masyarakat dan derajat kesehatan yang sudah baik. "Kelima kecamatan ini memiliki akses terhadap fasilitas kesehatan, pendidikan dan pusat perekonomian," kata Kepala Bappeda Kab. Bandung Ir. H. Ernawan Mustika, MP.
Sementara disisi lain, upaya Pemkab Bandung untuk mendongkrak IPM dibeberapa kecamatan yang dinilai masih rendah dalam pencapaian IPM-nya, diantaranya dilakukan melalui peningkatan pembangunan pedesaan.
Diperoleh catatan pada tahun 2014, jumlah ADPD (Alokadi Dana Perimbangan Desa) di Kabupaten Bandung mencapai Rp 248,1 milyar. Dana sebesar itu, digunakan untuk penyediaan sarana jalan, pemberdayaan masyarakat dibidang perekonomian disamping untuk perbaikan dan pembangunan fasilitas umum untuk mendukung melonjaknya derajat derajat kesehatan dan pendidikan.
Penghargaan Selama kurun waktu lima tahun (2011-2015) melayani, memberdayakan dan membangun masyarakat. Pemerintah Kabupaten Bandung memperoleh 66 buah penghargaan dari pemerintah pusat, Provinsi Jawa Barat dan berbagai organisasi masyarakat lainnya.
"Penghargaan ini bukan menjadi tujuan, tapi merupakan jembatan untuk kita semua agar mampu meningkatkan kinerja yang lebih baik pada masa mendatang,"ucap Bupati H. Dadang M. Naser. Ia menilai tantangan yang akan dihadapi pada masa kepemimpinannya lima tahun kedepan akan semakin kompleks. Seiring dengan kian meningkatnya tuntutan masyarakat yang harus dilayani.
Dalam masa kepemimpinannya periode pertama, H. Dadang M. Naser telah mengeluarkan berbagai kebijakan yang cukup monumental. Diantaranya program Sabilulungan Raksa Desa, Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan, Pelayanan Terpadu Sabilulungan, Wakaf Leuweung Sabilulungan, penggunaan pakaian adat sunda, optimalisasi anggaran infrastruktur desa, peningkatan jalan mantap, pembangunan Gedong Budaya Sabilulungan, Science Center (Puseur Elmu) dan Bale Rame. Disamping pembangunan jalan tembus Cukang Monteng yang menghubungkan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut dan pengembangan fasilitas gedung olahraga di Stadion Si Jalak Harupat.
375 Tahun Kabupaten Bandung, Ekonomi Kian Bergerak Maju
0 0
Data yang diperoleh dari Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Bandung mengungkapkan, selama tahun 2015 volume ekspor perdagangan keluar negeri yang berasal dari Kabupaten Bandung tercatat 198.351.794,06 Kgm dengan nilai US$ 820.972.774,66. Atau mengalami kenaikan dibanding tahun 2014 lalu yang mencapai 160.204.719,30 Kgm dengan nilai US$ 777.105.780,12.
Dari daerah yang berpenduduk 3,5 juta jiwa ini (BPS tahun 2015) barang yang di ekspor diantaranya cokelat, arang kayu, tekstil dan produk tekstil, tas kulit, pakaian rajut, bohlam listrik, perlengkapan photograpy, alat-alat medis, plastik, susu, kabel, kopi, asbes dan seng.
Sebagian besar barang tersebut dikirim Uni Eropa, Amerika Serikat, Kanada, Kawasan ASEAN, Korea Selatan, Tiongkok, Jepang, Australia, New Zealand, India dan Pakistan. Volume ekspor yang kian menguat, tentunya pula didukung oleh kualitas barang produksi yang tidak mengecewakan.
Disamping terbangunnya regulasi peraturan di daerah yang semakin kondusif. "Kualitas barang yang diekspor harus memiliki nilai daya saing tinggi, karena tidak menutup kemungkinan barang yang sama diproduksi pula oleh negara lain," ungkap Bupati Bandung H. Dadang M. Naser, SH., S.IP., M.Ipol.
Jika melihat potensi tersebut, wajar saja kalau H. Dadang M. Naser atau biasa disapa Kang DN punya keinginan seperti itu. Ia menunjuk ada beberapa komoditi pertanian yang sudah menembus pasaran ekspor seperti, kopi, cokelat, teh dan jeruk.
"Khusus untuk Kopi, sebagian besar diekspor ke kawasan Afrika seperti Maroko dan beberapa negara Eropa,"Kata H. Dadang M. Naser. Hal lain yang menjadi pertanda semakin kondusifnya perekonomian suatu daerah dari
sisi makro, antara lain munculya kepercayaan para pengusaha untuk menanamkan modalnya dalam berbagai jenis usaha. Mereka merasa yakin, investasi yang ditanamkannya bisa meraup untung karena ada sokongan kemudahan perijinan, kepastian hukum, tersedianya sumber daya manusia disamping situasi keamanan dan ketertiban yang terjamin.
Kepercayaan pengusaha untuk menanamkan modalnya di Kabupaten Bandung ternyata tidak pernah luntur. Kendati daerah yang memiliki luas wilayah ± 1.762 kilometer persegi ini masih kerap dilanda musibah banjir tahunan disejumlah titik.
Mulai Dayeuhkolot, Bojongsoang, Baleendah, Rancaekek, Banjaran dan Majalaya yang notabene merupakan lokasi berdirinya pabrik-pabrik besar. Betapa kepercayaan yang terus tumbuh, terbukti dengan semakin bertambahnya nilai investasi yang pada tahun 2015 mencapai Rp 9,4 trilyun.
Nilai sebesar itu mencakup 2.698 proyek dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 66.869 tenaga kerja pribumi dan 144 tenaga kerja asing. Sementara pada tahun 2014, nilai investasi tercatat sebesar Rp 6,2 trilyun yang tersebar di 2.534 proyek dengan serapan tenaga kerja sebanyak 51.828 orang ditambah tenaga kerja asing 65 orang.
Nilai investasi yang kian bertambah, menurut Kepala BPMP (Badan Penanaman Modal dan Perijinan) Kabupaten Bandung Drs. H. Ruli Hadiana, S.IP sebagian besar masih bertumpu disektor sekunder seperti, industri makanan, tekstil, farmasi, karet & plastik disamping industri logam dan mesin.
"Kontribusi sektor sekunder terhadap jumlah investasi sekitar 95,11 persen, disusul sektor tersier sebesar 4,26 persen dan primer menduduki terkecil sekitar 0,63 persen," kata H. Ruli Hadiana.
Dilihat dari sektor lokasi, Kecamatan Dayeuhkolot yang pada zaman penjajahan Belanda dulu disebut "Oude Negorij" (Negeri Lama) masih tercatat sebagai lokasi terbesar peraihan investasi senilai Rp 2,7 trilyun. Diikuti Kecamatan Pameungpeuk Rp 1,7 trilyun dan Kecamatan Cicalengka Rp 670,3 milyar.
Sementara Kecamatan Kertasari yang didominasi wilayah perbukitan dan pegunungan hanya puas dengan investasi terkecil senilai Rp 1,2 milyar. Untuk mendongkrak pertumbuhan investasi di wilayah pegunungan dan perbukitan, Pemerintah Kabupaten Bandung berencana untuk terus menggalakan wisata agro yang mampu mengundang ribuan calon wisatawan.
Kertasari misalnya, dinilai sangat cocok unutk dijadikan pusat wisata agro karena didukung oleh panorama alam yang begitu indah disamping iklim nan sejuk. "Saya bermimpi Kertasari suatu saat bisa menandingi Kota Batu Malang, yang selama ini dikenal sebagai kota buah-buahan, kontur tanah dan iklimnya tidak jauh berbeda, kami sangat welcome jika ada investor yang bersedia mengembangkan wisata agro di kawasan Kertasari,"ungkap Kabag Humas Kab. Bandung Achmad Kosasih, S.IP., M.Si.
Indeks Pembangunan Manusia Menanjaknya indeks pembangunan manusia (IPM) yang dipengaruhi oleh indeks kesehatan, pendidikan dan daya beli telah menjadi bukti lain semakin membaiknya pembangunan bidang sosial di Kabupaten Bandung.
Badan Pusat Statistik (BPS) setempat mencatat, IPM Kab. Bandung tahun 2015 tercatat 76,45 poin ada kenaikan dibanding tahun 2014 sebesar 75,69 poin. Kecamatan Cileunyi yang pada tahun 2014 lalu menduduki ranking pertama dalam sebaran capaian IPM, untuk tahun 2015 terpaksa bergeser menempati posisi kedua (79,22 poin) digantikan Kecamatan Margahayu yang meraih capaian 79,24 poin.
Sedangkan posisi ketiga ditempati Kecamatan Rancaekek sebesar 78,91 poin dan posisi keempat diraih Kecamatan Dayeuhkolot dengan raihan 78,77 poin. Sementara Kecamatan Baleendah menempati posisi kelima dengan raihan 78,58 poin. Sebagian besar kelima kecamatan yang meraih capaian IPM terbaik tersebut, disumbang oleh indeks daya beli masyarakat dan derajat kesehatan yang sudah baik.
"Kelima kecamatan ini memiliki akses terhadap fasilitas kesehatan, pendidikan dan pusat perekonomian," kata Kepala Bappeda Kab. Bandung Ir. H. Ernawan Mustika, MP.
Sementara disisi lain, upaya Pemkab Bandung untuk mendongkrak IPM dibeberapa kecamatan yang dinilai masih rendah dalam pencapaian IPM-nya, diantaranya dilakukan melalui peningkatan pembangunan pedesaan.
Diperoleh catatan pada tahun 2014, jumlah ADPD (Alokadi Dana Perimbangan Desa) di Kabupaten Bandung mencapai Rp 248,1 milyar. Dana sebesar itu, digunakan untuk penyediaan sarana jalan, pemberdayaan masyarakat dibidang perekonomian disamping untuk perbaikan dan pembangunan fasilitas umum untuk mendukung melonjaknya derajat derajat kesehatan dan pendidikan.
Penghargaan Selama kurun waktu lima tahun (2011-2015) melayani, memberdayakan dan membangun masyarakat. Pemerintah Kabupaten Bandung memperoleh 66 buah penghargaan dari pemerintah pusat, Provinsi Jawa Barat dan berbagai organisasi masyarakat lainnya.
"Penghargaan ini bukan menjadi tujuan, tapi merupakan jembatan untuk kita semua agar mampu meningkatkan kinerja yang lebih baik pada masa mendatang,"ucap Bupati Bandung H. Dadang M. Naser, SH., S.IP., M.Ipol.
Ia menilai tantangan yang akan dihadapi pada masa kepemimpinannya lima tahun kedepan akan semakin kompleks. Seiring dengan kian meningkatnya tuntutan masyarakat yang harus dilayani.
Dalam masa kepemimpinannya periode pertama, H. Dadang M. Naser telah mengeluarkan berbagai kebijakan yang cukup monumental.
Diantaranya program Sabilulungan Raksa Desa, Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan, Pelayanan Terpadu Sabilulungan, Wakaf Leuweung Sabilulungan, penggunaan pakaian adat sunda, optimalisasi anggaran infrastruktur desa, peningkatan jalan mantap, pembangunan Gedong Budaya Sabilulungan, Science Center (Puseur Elmu) dan Bale Rame. Disamping pembangunan jalan tembus Cukang Monteng yang menghubungkan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut dan pengembangan fasilitas gedung olahraga di Stadion Si Jalak Harupat.
Disamping pembangunan jalan tol SOROJA (Soreang-Pasirkoja) yang dijadwalkan selesai akhir Juli 2016 mendatang.
Sumber : Press Release Humas Setda Kabupaten Bandung
375 Tahun Kabupaten Bandung, Ekonomi Kian Bergerak Maju
0 0
Data yang diperoleh dari Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Bandung mengungkapkan, selama tahun 2015 volume ekspor perdagangan keluar negeri yang berasal dari Kabupaten Bandung tercatat 198.351.794,06 Kgm dengan nilai US$ 820.972.774,66. Atau mengalami kenaikan dibanding tahun 2014 lalu yang mencapai 160.204.719,30 Kgm dengan nilai US$ 777.105.780,12.
Dari daerah yang berpenduduk 3,5 juta jiwa ini (BPS tahun 2015) barang yang di ekspor diantaranya cokelat, arang kayu, tekstil dan produk tekstil, tas kulit, pakaian rajut, bohlam listrik, perlengkapan photograpy, alat-alat medis, plastik, susu, kabel, kopi, asbes dan seng.
Sebagian besar barang tersebut dikirim Uni Eropa, Amerika Serikat, Kanada, Kawasan ASEAN, Korea Selatan, Tiongkok, Jepang, Australia, New Zealand, India dan Pakistan. Volume ekspor yang kian menguat, tentunya pula didukung oleh kualitas barang produksi yang tidak mengecewakan.
Disamping terbangunnya regulasi peraturan di daerah yang semakin kondusif. "Kualitas barang yang diekspor harus memiliki nilai daya saing tinggi, karena tidak menutup kemungkinan barang yang sama diproduksi pula oleh negara lain," ungkap Bupati Bandung H. Dadang M. Naser, SH., S.IP., M.Ipol.
Jika melihat potensi tersebut, wajar saja kalau H. Dadang M. Naser atau biasa disapa Kang DN punya keinginan seperti itu. Ia menunjuk ada beberapa komoditi pertanian yang sudah menembus pasaran ekspor seperti, kopi, cokelat, teh dan jeruk.
"Khusus untuk Kopi, sebagian besar diekspor ke kawasan Afrika seperti Maroko dan beberapa negara Eropa,"Kata H. Dadang M. Naser. Hal lain yang menjadi pertanda semakin kondusifnya perekonomian suatu daerah dari
sisi makro, antara lain munculya kepercayaan para pengusaha untuk menanamkan modalnya dalam berbagai jenis usaha. Mereka merasa yakin, investasi yang ditanamkannya bisa meraup untung karena ada sokongan kemudahan perijinan, kepastian hukum, tersedianya sumber daya manusia disamping situasi keamanan dan ketertiban yang terjamin.
Kepercayaan pengusaha untuk menanamkan modalnya di Kabupaten Bandung ternyata tidak pernah luntur. Kendati daerah yang memiliki luas wilayah ± 1.762 kilometer persegi ini masih kerap dilanda musibah banjir tahunan disejumlah titik.
Mulai Dayeuhkolot, Bojongsoang, Baleendah, Rancaekek, Banjaran dan Majalaya yang notabene merupakan lokasi berdirinya pabrik-pabrik besar. Betapa kepercayaan yang terus tumbuh, terbukti dengan semakin bertambahnya nilai investasi yang pada tahun 2015 mencapai Rp 9,4 trilyun.
Nilai sebesar itu mencakup 2.698 proyek dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 66.869 tenaga kerja pribumi dan 144 tenaga kerja asing. Sementara pada tahun 2014, nilai investasi tercatat sebesar Rp 6,2 trilyun yang tersebar di 2.534 proyek dengan serapan tenaga kerja sebanyak 51.828 orang ditambah tenaga kerja asing 65 orang.
Nilai investasi yang kian bertambah, menurut Kepala BPMP (Badan Penanaman Modal dan Perijinan) Kabupaten Bandung Drs. H. Ruli Hadiana, S.IP sebagian besar masih bertumpu disektor sekunder seperti, industri makanan, tekstil, farmasi, karet & plastik disamping industri logam dan mesin.
"Kontribusi sektor sekunder terhadap jumlah investasi sekitar 95,11 persen, disusul sektor tersier sebesar 4,26 persen dan primer menduduki terkecil sekitar 0,63 persen," kata H. Ruli Hadiana.
Dilihat dari sektor lokasi, Kecamatan Dayeuhkolot yang pada zaman penjajahan Belanda dulu disebut "Oude Negorij" (Negeri Lama) masih tercatat sebagai lokasi terbesar peraihan investasi senilai Rp 2,7 trilyun. Diikuti Kecamatan Pameungpeuk Rp 1,7 trilyun dan Kecamatan Cicalengka Rp 670,3 milyar.
Sementara Kecamatan Kertasari yang didominasi wilayah perbukitan dan pegunungan hanya puas dengan investasi terkecil senilai Rp 1,2 milyar. Untuk mendongkrak pertumbuhan investasi di wilayah pegunungan dan perbukitan, Pemerintah Kabupaten Bandung berencana untuk terus menggalakan wisata agro yang mampu mengundang ribuan calon wisatawan.
Kertasari misalnya, dinilai sangat cocok unutk dijadikan pusat wisata agro karena didukung oleh panorama alam yang begitu indah disamping iklim nan sejuk. "Saya bermimpi Kertasari suatu saat bisa menandingi Kota Batu Malang, yang selama ini dikenal sebagai kota buah-buahan, kontur tanah dan iklimnya tidak jauh berbeda, kami sangat welcome jika ada investor yang bersedia mengembangkan wisata agro di kawasan Kertasari,"ungkap Kabag Humas Kab. Bandung Achmad Kosasih, S.IP., M.Si.
Indeks Pembangunan Manusia Menanjaknya indeks pembangunan manusia (IPM) yang dipengaruhi oleh indeks kesehatan, pendidikan dan daya beli telah menjadi bukti lain semakin membaiknya pembangunan bidang sosial di Kabupaten Bandung.
Badan Pusat Statistik (BPS) setempat mencatat, IPM Kab. Bandung tahun 2015 tercatat 76,45 poin ada kenaikan dibanding tahun 2014 sebesar 75,69 poin. Kecamatan Cileunyi yang pada tahun 2014 lalu menduduki ranking pertama dalam sebaran capaian IPM, untuk tahun 2015 terpaksa bergeser menempati posisi kedua (79,22 poin) digantikan Kecamatan Margahayu yang meraih capaian 79,24 poin.
Sedangkan posisi ketiga ditempati Kecamatan Rancaekek sebesar 78,91 poin dan posisi keempat diraih Kecamatan Dayeuhkolot dengan raihan 78,77 poin. Sementara Kecamatan Baleendah menempati posisi kelima dengan raihan 78,58 poin. Sebagian besar kelima kecamatan yang meraih capaian IPM terbaik tersebut, disumbang oleh indeks daya beli masyarakat dan derajat kesehatan yang sudah baik.
"Kelima kecamatan ini memiliki akses terhadap fasilitas kesehatan, pendidikan dan pusat perekonomian," kata Kepala Bappeda Kab. Bandung Ir. H. Ernawan Mustika, MP.
Sementara disisi lain, upaya Pemkab Bandung untuk mendongkrak IPM dibeberapa kecamatan yang dinilai masih rendah dalam pencapaian IPM-nya, diantaranya dilakukan melalui peningkatan pembangunan pedesaan.
Diperoleh catatan pada tahun 2014, jumlah ADPD (Alokadi Dana Perimbangan Desa) di Kabupaten Bandung mencapai Rp 248,1 milyar. Dana sebesar itu, digunakan untuk penyediaan sarana jalan, pemberdayaan masyarakat dibidang perekonomian disamping untuk perbaikan dan pembangunan fasilitas umum untuk mendukung melonjaknya derajat derajat kesehatan dan pendidikan.
Penghargaan Selama kurun waktu lima tahun (2011-2015) melayani, memberdayakan dan membangun masyarakat. Pemerintah Kabupaten Bandung memperoleh 66 buah penghargaan dari pemerintah pusat, Provinsi Jawa Barat dan berbagai organisasi masyarakat lainnya.
"Penghargaan ini bukan menjadi tujuan, tapi merupakan jembatan untuk kita semua agar mampu meningkatkan kinerja yang lebih baik pada masa mendatang,"ucap Bupati Bandung H. Dadang M. Naser, SH., S.IP., M.Ipol.
Ia menilai tantangan yang akan dihadapi pada masa kepemimpinannya lima tahun kedepan akan semakin kompleks. Seiring dengan kian meningkatnya tuntutan masyarakat yang harus dilayani.
Dalam masa kepemimpinannya periode pertama, H. Dadang M. Naser telah mengeluarkan berbagai kebijakan yang cukup monumental.
Diantaranya program Sabilulungan Raksa Desa, Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan, Pelayanan Terpadu Sabilulungan, Wakaf Leuweung Sabilulungan, penggunaan pakaian adat sunda, optimalisasi anggaran infrastruktur desa, peningkatan jalan mantap, pembangunan Gedong Budaya Sabilulungan, Science Center (Puseur Elmu) dan Bale Rame. Disamping pembangunan jalan tembus Cukang Monteng yang menghubungkan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut dan pengembangan fasilitas gedung olahraga di Stadion Si Jalak Harupat.
Disamping pembangunan jalan tol SOROJA (Soreang-Pasirkoja) yang dijadwalkan selesai akhir Juli 2016 mendatang.
Sumber : Press Release Humas Setda Kabupaten Bandung
375 Tahun Kabupaten Bandung, Ekonomi Kian Bergerak Maju
0 0
Data yang diperoleh dari Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Bandung mengungkapkan, selama tahun 2015 volume ekspor perdagangan keluar negeri yang berasal dari Kabupaten Bandung tercatat 198.351.794,06 Kgm dengan nilai US$ 820.972.774,66. Atau mengalami kenaikan dibanding tahun 2014 lalu yang mencapai 160.204.719,30 Kgm dengan nilai US$ 777.105.780,12.
Dari daerah yang berpenduduk 3,5 juta jiwa ini (BPS tahun 2015) barang yang di ekspor diantaranya cokelat, arang kayu, tekstil dan produk tekstil, tas kulit, pakaian rajut, bohlam listrik, perlengkapan photograpy, alat-alat medis, plastik, susu, kabel, kopi, asbes dan seng.
Sebagian besar barang tersebut dikirim Uni Eropa, Amerika Serikat, Kanada, Kawasan ASEAN, Korea Selatan, Tiongkok, Jepang, Australia, New Zealand, India dan Pakistan. Volume ekspor yang kian menguat, tentunya pula didukung oleh kualitas barang produksi yang tidak mengecewakan.
Disamping terbangunnya regulasi peraturan di daerah yang semakin kondusif. "Kualitas barang yang diekspor harus memiliki nilai daya saing tinggi, karena tidak menutup kemungkinan barang yang sama diproduksi pula oleh negara lain," ungkap Bupati Bandung H. Dadang M. Naser, SH., S.IP., M.Ipol.
Jika melihat potensi tersebut, wajar saja kalau H. Dadang M. Naser atau biasa disapa Kang DN punya keinginan seperti itu. Ia menunjuk ada beberapa komoditi pertanian yang sudah menembus pasaran ekspor seperti, kopi, cokelat, teh dan jeruk.
"Khusus untuk Kopi, sebagian besar diekspor ke kawasan Afrika seperti Maroko dan beberapa negara Eropa,"Kata H. Dadang M. Naser. Hal lain yang menjadi pertanda semakin kondusifnya perekonomian suatu daerah dari
sisi makro, antara lain munculya kepercayaan para pengusaha untuk menanamkan modalnya dalam berbagai jenis usaha. Mereka merasa yakin, investasi yang ditanamkannya bisa meraup untung karena ada sokongan kemudahan perijinan, kepastian hukum, tersedianya sumber daya manusia disamping situasi keamanan dan ketertiban yang terjamin.
Kepercayaan pengusaha untuk menanamkan modalnya di Kabupaten Bandung ternyata tidak pernah luntur. Kendati daerah yang memiliki luas wilayah ± 1.762 kilometer persegi ini masih kerap dilanda musibah banjir tahunan disejumlah titik.
Mulai Dayeuhkolot, Bojongsoang, Baleendah, Rancaekek, Banjaran dan Majalaya yang notabene merupakan lokasi berdirinya pabrik-pabrik besar. Betapa kepercayaan yang terus tumbuh, terbukti dengan semakin bertambahnya nilai investasi yang pada tahun 2015 mencapai Rp 9,4 trilyun.
Nilai sebesar itu mencakup 2.698 proyek dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 66.869 tenaga kerja pribumi dan 144 tenaga kerja asing. Sementara pada tahun 2014, nilai investasi tercatat sebesar Rp 6,2 trilyun yang tersebar di 2.534 proyek dengan serapan tenaga kerja sebanyak 51.828 orang ditambah tenaga kerja asing 65 orang.
Nilai investasi yang kian bertambah, menurut Kepala BPMP (Badan Penanaman Modal dan Perijinan) Kabupaten Bandung Drs. H. Ruli Hadiana, S.IP sebagian besar masih bertumpu disektor sekunder seperti, industri makanan, tekstil, farmasi, karet & plastik disamping industri logam dan mesin.
"Kontribusi sektor sekunder terhadap jumlah investasi sekitar 95,11 persen, disusul sektor tersier sebesar 4,26 persen dan primer menduduki terkecil sekitar 0,63 persen," kata H. Ruli Hadiana.
Dilihat dari sektor lokasi, Kecamatan Dayeuhkolot yang pada zaman penjajahan Belanda dulu disebut "Oude Negorij" (Negeri Lama) masih tercatat sebagai lokasi terbesar peraihan investasi senilai Rp 2,7 trilyun. Diikuti Kecamatan Pameungpeuk Rp 1,7 trilyun dan Kecamatan Cicalengka Rp 670,3 milyar.
Sementara Kecamatan Kertasari yang didominasi wilayah perbukitan dan pegunungan hanya puas dengan investasi terkecil senilai Rp 1,2 milyar. Untuk mendongkrak pertumbuhan investasi di wilayah pegunungan dan perbukitan, Pemerintah Kabupaten Bandung berencana untuk terus menggalakan wisata agro yang mampu mengundang ribuan calon wisatawan.
Kertasari misalnya, dinilai sangat cocok unutk dijadikan pusat wisata agro karena didukung oleh panorama alam yang begitu indah disamping iklim nan sejuk. "Saya bermimpi Kertasari suatu saat bisa menandingi Kota Batu Malang, yang selama ini dikenal sebagai kota buah-buahan, kontur tanah dan iklimnya tidak jauh berbeda, kami sangat welcome jika ada investor yang bersedia mengembangkan wisata agro di kawasan Kertasari,"ungkap Kabag Humas Kab. Bandung Achmad Kosasih, S.IP., M.Si.
Indeks Pembangunan Manusia Menanjaknya indeks pembangunan manusia (IPM) yang dipengaruhi oleh indeks kesehatan, pendidikan dan daya beli telah menjadi bukti lain semakin membaiknya pembangunan bidang sosial di Kabupaten Bandung.
Badan Pusat Statistik (BPS) setempat mencatat, IPM Kab. Bandung tahun 2015 tercatat 76,45 poin ada kenaikan dibanding tahun 2014 sebesar 75,69 poin. Kecamatan Cileunyi yang pada tahun 2014 lalu menduduki ranking pertama dalam sebaran capaian IPM, untuk tahun 2015 terpaksa bergeser menempati posisi kedua (79,22 poin) digantikan Kecamatan Margahayu yang meraih capaian 79,24 poin.
Sedangkan posisi ketiga ditempati Kecamatan Rancaekek sebesar 78,91 poin dan posisi keempat diraih Kecamatan Dayeuhkolot dengan raihan 78,77 poin. Sementara Kecamatan Baleendah menempati posisi kelima dengan raihan 78,58 poin. Sebagian besar kelima kecamatan yang meraih capaian IPM terbaik tersebut, disumbang oleh indeks daya beli masyarakat dan derajat kesehatan yang sudah baik.
"Kelima kecamatan ini memiliki akses terhadap fasilitas kesehatan, pendidikan dan pusat perekonomian," kata Kepala Bappeda Kab. Bandung Ir. H. Ernawan Mustika, MP.
Sementara disisi lain, upaya Pemkab Bandung untuk mendongkrak IPM dibeberapa kecamatan yang dinilai masih rendah dalam pencapaian IPM-nya, diantaranya dilakukan melalui peningkatan pembangunan pedesaan.
Diperoleh catatan pada tahun 2014, jumlah ADPD (Alokadi Dana Perimbangan Desa) di Kabupaten Bandung mencapai Rp 248,1 milyar. Dana sebesar itu, digunakan untuk penyediaan sarana jalan, pemberdayaan masyarakat dibidang perekonomian disamping untuk perbaikan dan pembangunan fasilitas umum untuk mendukung melonjaknya derajat derajat kesehatan dan pendidikan.
Penghargaan Selama kurun waktu lima tahun (2011-2015) melayani, memberdayakan dan membangun masyarakat. Pemerintah Kabupaten Bandung memperoleh 66 buah penghargaan dari pemerintah pusat, Provinsi Jawa Barat dan berbagai organisasi masyarakat lainnya.
"Penghargaan ini bukan menjadi tujuan, tapi merupakan jembatan untuk kita semua agar mampu meningkatkan kinerja yang lebih baik pada masa mendatang,"ucap Bupati Bandung H. Dadang M. Naser, SH., S.IP., M.Ipol.
Ia menilai tantangan yang akan dihadapi pada masa kepemimpinannya lima tahun kedepan akan semakin kompleks. Seiring dengan kian meningkatnya tuntutan masyarakat yang harus dilayani.
Dalam masa kepemimpinannya periode pertama, H. Dadang M. Naser telah mengeluarkan berbagai kebijakan yang cukup monumental.
Diantaranya program Sabilulungan Raksa Desa, Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan, Pelayanan Terpadu Sabilulungan, Wakaf Leuweung Sabilulungan, penggunaan pakaian adat sunda, optimalisasi anggaran infrastruktur desa, peningkatan jalan mantap, pembangunan Gedong Budaya Sabilulungan, Science Center (Puseur Elmu) dan Bale Rame. Disamping pembangunan jalan tembus Cukang Monteng yang menghubungkan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut dan pengembangan fasilitas gedung olahraga di Stadion Si Jalak Harupat.
Disamping pembangunan jalan tol SOROJA (Soreang-Pasirkoja) yang dijadwalkan selesai akhir Juli 2016 mendatang.
Sumber : Press Release Humas Setda Kabupaten Bandung
375 Tahun Kabupaten Bandung, Ekonomi Kian Bergerak Maju
0 0
Data yang diperoleh dari Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Bandung mengungkapkan, selama tahun 2015 volume ekspor perdagangan keluar negeri yang berasal dari Kabupaten Bandung tercatat 198.351.794,06 Kgm dengan nilai US$ 820.972.774,66. Atau mengalami kenaikan dibanding tahun 2014 lalu yang mencapai 160.204.719,30 Kgm dengan nilai US$ 777.105.780,12.
Dari daerah yang berpenduduk 3,5 juta jiwa ini (BPS tahun 2015) barang yang di ekspor diantaranya cokelat, arang kayu, tekstil dan produk tekstil, tas kulit, pakaian rajut, bohlam listrik, perlengkapan photograpy, alat-alat medis, plastik, susu, kabel, kopi, asbes dan seng.
Sebagian besar barang tersebut dikirim Uni Eropa, Amerika Serikat, Kanada, Kawasan ASEAN, Korea Selatan, Tiongkok, Jepang, Australia, New Zealand, India dan Pakistan. Volume ekspor yang kian menguat, tentunya pula didukung oleh kualitas barang produksi yang tidak mengecewakan.
Disamping terbangunnya regulasi peraturan di daerah yang semakin kondusif. "Kualitas barang yang diekspor harus memiliki nilai daya saing tinggi, karena tidak menutup kemungkinan barang yang sama diproduksi pula oleh negara lain," ungkap Bupati Bandung H. Dadang M. Naser, SH., S.IP., M.Ipol.
Jika melihat potensi tersebut, wajar saja kalau H. Dadang M. Naser atau biasa disapa Kang DN punya keinginan seperti itu. Ia menunjuk ada beberapa komoditi pertanian yang sudah menembus pasaran ekspor seperti, kopi, cokelat, teh dan jeruk.
"Khusus untuk Kopi, sebagian besar diekspor ke kawasan Afrika seperti Maroko dan beberapa negara Eropa,"Kata H. Dadang M. Naser. Hal lain yang menjadi pertanda semakin kondusifnya perekonomian suatu daerah dari
sisi makro, antara lain munculya kepercayaan para pengusaha untuk menanamkan modalnya dalam berbagai jenis usaha. Mereka merasa yakin, investasi yang ditanamkannya bisa meraup untung karena ada sokongan kemudahan perijinan, kepastian hukum, tersedianya sumber daya manusia disamping situasi keamanan dan ketertiban yang terjamin.
Kepercayaan pengusaha untuk menanamkan modalnya di Kabupaten Bandung ternyata tidak pernah luntur. Kendati daerah yang memiliki luas wilayah ± 1.762 kilometer persegi ini masih kerap dilanda musibah banjir tahunan disejumlah titik.
Mulai Dayeuhkolot, Bojongsoang, Baleendah, Rancaekek, Banjaran dan Majalaya yang notabene merupakan lokasi berdirinya pabrik-pabrik besar. Betapa kepercayaan yang terus tumbuh, terbukti dengan semakin bertambahnya nilai investasi yang pada tahun 2015 mencapai Rp 9,4 trilyun.
Nilai sebesar itu mencakup 2.698 proyek dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 66.869 tenaga kerja pribumi dan 144 tenaga kerja asing. Sementara pada tahun 2014, nilai investasi tercatat sebesar Rp 6,2 trilyun yang tersebar di 2.534 proyek dengan serapan tenaga kerja sebanyak 51.828 orang ditambah tenaga kerja asing 65 orang.
Nilai investasi yang kian bertambah, menurut Kepala BPMP (Badan Penanaman Modal dan Perijinan) Kabupaten Bandung Drs. H. Ruli Hadiana, S.IP sebagian besar masih bertumpu disektor sekunder seperti, industri makanan, tekstil, farmasi, karet & plastik disamping industri logam dan mesin.
"Kontribusi sektor sekunder terhadap jumlah investasi sekitar 95,11 persen, disusul sektor tersier sebesar 4,26 persen dan primer menduduki terkecil sekitar 0,63 persen," kata H. Ruli Hadiana.
Dilihat dari sektor lokasi, Kecamatan Dayeuhkolot yang pada zaman penjajahan Belanda dulu disebut "Oude Negorij" (Negeri Lama) masih tercatat sebagai lokasi terbesar peraihan investasi senilai Rp 2,7 trilyun. Diikuti Kecamatan Pameungpeuk Rp 1,7 trilyun dan Kecamatan Cicalengka Rp 670,3 milyar.
Sementara Kecamatan Kertasari yang didominasi wilayah perbukitan dan pegunungan hanya puas dengan investasi terkecil senilai Rp 1,2 milyar. Untuk mendongkrak pertumbuhan investasi di wilayah pegunungan dan perbukitan, Pemerintah Kabupaten Bandung berencana untuk terus menggalakan wisata agro yang mampu mengundang ribuan calon wisatawan.
Kertasari misalnya, dinilai sangat cocok unutk dijadikan pusat wisata agro karena didukung oleh panorama alam yang begitu indah disamping iklim nan sejuk. "Saya bermimpi Kertasari suatu saat bisa menandingi Kota Batu Malang, yang selama ini dikenal sebagai kota buah-buahan, kontur tanah dan iklimnya tidak jauh berbeda, kami sangat welcome jika ada investor yang bersedia mengembangkan wisata agro di kawasan Kertasari,"ungkap Kabag Humas Kab. Bandung Achmad Kosasih, S.IP., M.Si.
Indeks Pembangunan Manusia Menanjaknya indeks pembangunan manusia (IPM) yang dipengaruhi oleh indeks kesehatan, pendidikan dan daya beli telah menjadi bukti lain semakin membaiknya pembangunan bidang sosial di Kabupaten Bandung.
Badan Pusat Statistik (BPS) setempat mencatat, IPM Kab. Bandung tahun 2015 tercatat 76,45 poin ada kenaikan dibanding tahun 2014 sebesar 75,69 poin. Kecamatan Cileunyi yang pada tahun 2014 lalu menduduki ranking pertama dalam sebaran capaian IPM, untuk tahun 2015 terpaksa bergeser menempati posisi kedua (79,22 poin) digantikan Kecamatan Margahayu yang meraih capaian 79,24 poin.
Sedangkan posisi ketiga ditempati Kecamatan Rancaekek sebesar 78,91 poin dan posisi keempat diraih Kecamatan Dayeuhkolot dengan raihan 78,77 poin. Sementara Kecamatan Baleendah menempati posisi kelima dengan raihan 78,58 poin. Sebagian besar kelima kecamatan yang meraih capaian IPM terbaik tersebut, disumbang oleh indeks daya beli masyarakat dan derajat kesehatan yang sudah baik.
"Kelima kecamatan ini memiliki akses terhadap fasilitas kesehatan, pendidikan dan pusat perekonomian," kata Kepala Bappeda Kab. Bandung Ir. H. Ernawan Mustika, MP.
Sementara disisi lain, upaya Pemkab Bandung untuk mendongkrak IPM dibeberapa kecamatan yang dinilai masih rendah dalam pencapaian IPM-nya, diantaranya dilakukan melalui peningkatan pembangunan pedesaan.
Diperoleh catatan pada tahun 2014, jumlah ADPD (Alokadi Dana Perimbangan Desa) di Kabupaten Bandung mencapai Rp 248,1 milyar. Dana sebesar itu, digunakan untuk penyediaan sarana jalan, pemberdayaan masyarakat dibidang perekonomian disamping untuk perbaikan dan pembangunan fasilitas umum untuk mendukung melonjaknya derajat derajat kesehatan dan pendidikan.
Penghargaan Selama kurun waktu lima tahun (2011-2015) melayani, memberdayakan dan membangun masyarakat. Pemerintah Kabupaten Bandung memperoleh 66 buah penghargaan dari pemerintah pusat, Provinsi Jawa Barat dan berbagai organisasi masyarakat lainnya.
"Penghargaan ini bukan menjadi tujuan, tapi merupakan jembatan untuk kita semua agar mampu meningkatkan kinerja yang lebih baik pada masa mendatang,"ucap Bupati Bandung H. Dadang M. Naser, SH., S.IP., M.Ipol.
Ia menilai tantangan yang akan dihadapi pada masa kepemimpinannya lima tahun kedepan akan semakin kompleks. Seiring dengan kian meningkatnya tuntutan masyarakat yang harus dilayani.
Dalam masa kepemimpinannya periode pertama, H. Dadang M. Naser telah mengeluarkan berbagai kebijakan yang cukup monumental.
Diantaranya program Sabilulungan Raksa Desa, Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan, Pelayanan Terpadu Sabilulungan, Wakaf Leuweung Sabilulungan, penggunaan pakaian adat sunda, optimalisasi anggaran infrastruktur desa, peningkatan jalan mantap, pembangunan Gedong Budaya Sabilulungan, Science Center (Puseur Elmu) dan Bale Rame. Disamping pembangunan jalan tembus Cukang Monteng yang menghubungkan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut dan pengembangan fasilitas gedung olahraga di Stadion Si Jalak Harupat.
Disamping pembangunan jalan tol SOROJA (Soreang-Pasirkoja) yang dijadwalkan selesai akhir Juli 2016 mendatang.
Sumber : Press Release Humas Setda Kabupaten Bandung
375 Tahun Kabupaten Bandung, Ekonomi Kian Bergerak Maju
0 0
Data yang diperoleh dari Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Bandung mengungkapkan, selama tahun 2015 volume ekspor perdagangan keluar negeri yang berasal dari Kabupaten Bandung tercatat 198.351.794,06 Kgm dengan nilai US$ 820.972.774,66. Atau mengalami kenaikan dibanding tahun 2014 lalu yang mencapai 160.204.719,30 Kgm dengan nilai US$ 777.105.780,12.
Dari daerah yang berpenduduk 3,5 juta jiwa ini (BPS tahun 2015) barang yang di ekspor diantaranya cokelat, arang kayu, tekstil dan produk tekstil, tas kulit, pakaian rajut, bohlam listrik, perlengkapan photograpy, alat-alat medis, plastik, susu, kabel, kopi, asbes dan seng.
Sebagian besar barang tersebut dikirim Uni Eropa, Amerika Serikat, Kanada, Kawasan ASEAN, Korea Selatan, Tiongkok, Jepang, Australia, New Zealand, India dan Pakistan. Volume ekspor yang kian menguat, tentunya pula didukung oleh kualitas barang produksi yang tidak mengecewakan.
Disamping terbangunnya regulasi peraturan di daerah yang semakin kondusif. "Kualitas barang yang diekspor harus memiliki nilai daya saing tinggi, karena tidak menutup kemungkinan barang yang sama diproduksi pula oleh negara lain," ungkap Bupati Bandung H. Dadang M. Naser, SH., S.IP., M.Ipol.
Jika melihat potensi tersebut, wajar saja kalau H. Dadang M. Naser atau biasa disapa Kang DN punya keinginan seperti itu. Ia menunjuk ada beberapa komoditi pertanian yang sudah menembus pasaran ekspor seperti, kopi, cokelat, teh dan jeruk.
"Khusus untuk Kopi, sebagian besar diekspor ke kawasan Afrika seperti Maroko dan beberapa negara Eropa,"Kata H. Dadang M. Naser. Hal lain yang menjadi pertanda semakin kondusifnya perekonomian suatu daerah dari
sisi makro, antara lain munculya kepercayaan para pengusaha untuk menanamkan modalnya dalam berbagai jenis usaha. Mereka merasa yakin, investasi yang ditanamkannya bisa meraup untung karena ada sokongan kemudahan perijinan, kepastian hukum, tersedianya sumber daya manusia disamping situasi keamanan dan ketertiban yang terjamin.
Kepercayaan pengusaha untuk menanamkan modalnya di Kabupaten Bandung ternyata tidak pernah luntur. Kendati daerah yang memiliki luas wilayah ± 1.762 kilometer persegi ini masih kerap dilanda musibah banjir tahunan disejumlah titik.
Mulai Dayeuhkolot, Bojongsoang, Baleendah, Rancaekek, Banjaran dan Majalaya yang notabene merupakan lokasi berdirinya pabrik-pabrik besar. Betapa kepercayaan yang terus tumbuh, terbukti dengan semakin bertambahnya nilai investasi yang pada tahun 2015 mencapai Rp 9,4 trilyun.
Nilai sebesar itu mencakup 2.698 proyek dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 66.869 tenaga kerja pribumi dan 144 tenaga kerja asing. Sementara pada tahun 2014, nilai investasi tercatat sebesar Rp 6,2 trilyun yang tersebar di 2.534 proyek dengan serapan tenaga kerja sebanyak 51.828 orang ditambah tenaga kerja asing 65 orang.
Nilai investasi yang kian bertambah, menurut Kepala BPMP (Badan Penanaman Modal dan Perijinan) Kabupaten Bandung Drs. H. Ruli Hadiana, S.IP sebagian besar masih bertumpu disektor sekunder seperti, industri makanan, tekstil, farmasi, karet & plastik disamping industri logam dan mesin.
"Kontribusi sektor sekunder terhadap jumlah investasi sekitar 95,11 persen, disusul sektor tersier sebesar 4,26 persen dan primer menduduki terkecil sekitar 0,63 persen," kata H. Ruli Hadiana.
Dilihat dari sektor lokasi, Kecamatan Dayeuhkolot yang pada zaman penjajahan Belanda dulu disebut "Oude Negorij" (Negeri Lama) masih tercatat sebagai lokasi terbesar peraihan investasi senilai Rp 2,7 trilyun. Diikuti Kecamatan Pameungpeuk Rp 1,7 trilyun dan Kecamatan Cicalengka Rp 670,3 milyar.
Sementara Kecamatan Kertasari yang didominasi wilayah perbukitan dan pegunungan hanya puas dengan investasi terkecil senilai Rp 1,2 milyar. Untuk mendongkrak pertumbuhan investasi di wilayah pegunungan dan perbukitan, Pemerintah Kabupaten Bandung berencana untuk terus menggalakan wisata agro yang mampu mengundang ribuan calon wisatawan.
Kertasari misalnya, dinilai sangat cocok unutk dijadikan pusat wisata agro karena didukung oleh panorama alam yang begitu indah disamping iklim nan sejuk. "Saya bermimpi Kertasari suatu saat bisa menandingi Kota Batu Malang, yang selama ini dikenal sebagai kota buah-buahan, kontur tanah dan iklimnya tidak jauh berbeda, kami sangat welcome jika ada investor yang bersedia mengembangkan wisata agro di kawasan Kertasari,"ungkap Kabag Humas Kab. Bandung Achmad Kosasih, S.IP., M.Si.
Indeks Pembangunan Manusia Menanjaknya indeks pembangunan manusia (IPM) yang dipengaruhi oleh indeks kesehatan, pendidikan dan daya beli telah menjadi bukti lain semakin membaiknya pembangunan bidang sosial di Kabupaten Bandung.
Badan Pusat Statistik (BPS) setempat mencatat, IPM Kab. Bandung tahun 2015 tercatat 76,45 poin ada kenaikan dibanding tahun 2014 sebesar 75,69 poin. Kecamatan Cileunyi yang pada tahun 2014 lalu menduduki ranking pertama dalam sebaran capaian IPM, untuk tahun 2015 terpaksa bergeser menempati posisi kedua (79,22 poin) digantikan Kecamatan Margahayu yang meraih capaian 79,24 poin.
Sedangkan posisi ketiga ditempati Kecamatan Rancaekek sebesar 78,91 poin dan posisi keempat diraih Kecamatan Dayeuhkolot dengan raihan 78,77 poin. Sementara Kecamatan Baleendah menempati posisi kelima dengan raihan 78,58 poin. Sebagian besar kelima kecamatan yang meraih capaian IPM terbaik tersebut, disumbang oleh indeks daya beli masyarakat dan derajat kesehatan yang sudah baik.
"Kelima kecamatan ini memiliki akses terhadap fasilitas kesehatan, pendidikan dan pusat perekonomian," kata Kepala Bappeda Kab. Bandung Ir. H. Ernawan Mustika, MP.
Sementara disisi lain, upaya Pemkab Bandung untuk mendongkrak IPM dibeberapa kecamatan yang dinilai masih rendah dalam pencapaian IPM-nya, diantaranya dilakukan melalui peningkatan pembangunan pedesaan.
Diperoleh catatan pada tahun 2014, jumlah ADPD (Alokadi Dana Perimbangan Desa) di Kabupaten Bandung mencapai Rp 248,1 milyar. Dana sebesar itu, digunakan untuk penyediaan sarana jalan, pemberdayaan masyarakat dibidang perekonomian disamping untuk perbaikan dan pembangunan fasilitas umum untuk mendukung melonjaknya derajat derajat kesehatan dan pendidikan.
Penghargaan Selama kurun waktu lima tahun (2011-2015) melayani, memberdayakan dan membangun masyarakat. Pemerintah Kabupaten Bandung memperoleh 66 buah penghargaan dari pemerintah pusat, Provinsi Jawa Barat dan berbagai organisasi masyarakat lainnya.
"Penghargaan ini bukan menjadi tujuan, tapi merupakan jembatan untuk kita semua agar mampu meningkatkan kinerja yang lebih baik pada masa mendatang,"ucap Bupati Bandung H. Dadang M. Naser, SH., S.IP., M.Ipol.
Ia menilai tantangan yang akan dihadapi pada masa kepemimpinannya lima tahun kedepan akan semakin kompleks. Seiring dengan kian meningkatnya tuntutan masyarakat yang harus dilayani.
Dalam masa kepemimpinannya periode pertama, H. Dadang M. Naser telah mengeluarkan berbagai kebijakan yang cukup monumental.
Diantaranya program Sabilulungan Raksa Desa, Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan, Pelayanan Terpadu Sabilulungan, Wakaf Leuweung Sabilulungan, penggunaan pakaian adat sunda, optimalisasi anggaran infrastruktur desa, peningkatan jalan mantap, pembangunan Gedong Budaya Sabilulungan, Science Center (Puseur Elmu) dan Bale Rame. Disamping pembangunan jalan tembus Cukang Monteng yang menghubungkan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut dan pengembangan fasilitas gedung olahraga di Stadion Si Jalak Harupat.
Disamping pembangunan jalan tol SOROJA (Soreang-Pasirkoja) yang dijadwalkan selesai akhir Juli 2016 mendatang.
Sumber : Press Release Humas Setda Kabupaten Bandung
375 Tahun Kabupaten Bandung, Ekonomi Kian Bergerak Maju
0 0
Data yang diperoleh dari Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Bandung mengungkapkan, selama tahun 2015 volume ekspor perdagangan keluar negeri yang berasal dari Kabupaten Bandung tercatat 198.351.794,06 Kgm dengan nilai US$ 820.972.774,66. Atau mengalami kenaikan dibanding tahun 2014 lalu yang mencapai 160.204.719,30 Kgm dengan nilai US$ 777.105.780,12.
Dari daerah yang berpenduduk 3,5 juta jiwa ini (BPS tahun 2015) barang yang di ekspor diantaranya cokelat, arang kayu, tekstil dan produk tekstil, tas kulit, pakaian rajut, bohlam listrik, perlengkapan photograpy, alat-alat medis, plastik, susu, kabel, kopi, asbes dan seng.
Sebagian besar barang tersebut dikirim Uni Eropa, Amerika Serikat, Kanada, Kawasan ASEAN, Korea Selatan, Tiongkok, Jepang, Australia, New Zealand, India dan Pakistan. Volume ekspor yang kian menguat, tentunya pula didukung oleh kualitas barang produksi yang tidak mengecewakan.
Disamping terbangunnya regulasi peraturan di daerah yang semakin kondusif. "Kualitas barang yang diekspor harus memiliki nilai daya saing tinggi, karena tidak menutup kemungkinan barang yang sama diproduksi pula oleh negara lain," ungkap Bupati Bandung H. Dadang M. Naser, SH., S.IP., M.Ipol.
Jika melihat potensi tersebut, wajar saja kalau H. Dadang M. Naser atau biasa disapa Kang DN punya keinginan seperti itu. Ia menunjuk ada beberapa komoditi pertanian yang sudah menembus pasaran ekspor seperti, kopi, cokelat, teh dan jeruk.
"Khusus untuk Kopi, sebagian besar diekspor ke kawasan Afrika seperti Maroko dan beberapa negara Eropa,"Kata H. Dadang M. Naser. Hal lain yang menjadi pertanda semakin kondusifnya perekonomian suatu daerah dari
sisi makro, antara lain munculya kepercayaan para pengusaha untuk menanamkan modalnya dalam berbagai jenis usaha. Mereka merasa yakin, investasi yang ditanamkannya bisa meraup untung karena ada sokongan kemudahan perijinan, kepastian hukum, tersedianya sumber daya manusia disamping situasi keamanan dan ketertiban yang terjamin.
Kepercayaan pengusaha untuk menanamkan modalnya di Kabupaten Bandung ternyata tidak pernah luntur. Kendati daerah yang memiliki luas wilayah ± 1.762 kilometer persegi ini masih kerap dilanda musibah banjir tahunan disejumlah titik.
Mulai Dayeuhkolot, Bojongsoang, Baleendah, Rancaekek, Banjaran dan Majalaya yang notabene merupakan lokasi berdirinya pabrik-pabrik besar. Betapa kepercayaan yang terus tumbuh, terbukti dengan semakin bertambahnya nilai investasi yang pada tahun 2015 mencapai Rp 9,4 trilyun.
Nilai sebesar itu mencakup 2.698 proyek dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 66.869 tenaga kerja pribumi dan 144 tenaga kerja asing. Sementara pada tahun 2014, nilai investasi tercatat sebesar Rp 6,2 trilyun yang tersebar di 2.534 proyek dengan serapan tenaga kerja sebanyak 51.828 orang ditambah tenaga kerja asing 65 orang.
Nilai investasi yang kian bertambah, menurut Kepala BPMP (Badan Penanaman Modal dan Perijinan) Kabupaten Bandung Drs. H. Ruli Hadiana, S.IP sebagian besar masih bertumpu disektor sekunder seperti, industri makanan, tekstil, farmasi, karet & plastik disamping industri logam dan mesin.
"Kontribusi sektor sekunder terhadap jumlah investasi sekitar 95,11 persen, disusul sektor tersier sebesar 4,26 persen dan primer menduduki terkecil sekitar 0,63 persen," kata H. Ruli Hadiana.
Dilihat dari sektor lokasi, Kecamatan Dayeuhkolot yang pada zaman penjajahan Belanda dulu disebut "Oude Negorij" (Negeri Lama) masih tercatat sebagai lokasi terbesar peraihan investasi senilai Rp 2,7 trilyun. Diikuti Kecamatan Pameungpeuk Rp 1,7 trilyun dan Kecamatan Cicalengka Rp 670,3 milyar.
Sementara Kecamatan Kertasari yang didominasi wilayah perbukitan dan pegunungan hanya puas dengan investasi terkecil senilai Rp 1,2 milyar. Untuk mendongkrak pertumbuhan investasi di wilayah pegunungan dan perbukitan, Pemerintah Kabupaten Bandung berencana untuk terus menggalakan wisata agro yang mampu mengundang ribuan calon wisatawan.
Kertasari misalnya, dinilai sangat cocok unutk dijadikan pusat wisata agro karena didukung oleh panorama alam yang begitu indah disamping iklim nan sejuk. "Saya bermimpi Kertasari suatu saat bisa menandingi Kota Batu Malang, yang selama ini dikenal sebagai kota buah-buahan, kontur tanah dan iklimnya tidak jauh berbeda, kami sangat welcome jika ada investor yang bersedia mengembangkan wisata agro di kawasan Kertasari,"ungkap Kabag Humas Kab. Bandung Achmad Kosasih, S.IP., M.Si.
Indeks Pembangunan Manusia Menanjaknya indeks pembangunan manusia (IPM) yang dipengaruhi oleh indeks kesehatan, pendidikan dan daya beli telah menjadi bukti lain semakin membaiknya pembangunan bidang sosial di Kabupaten Bandung.
Badan Pusat Statistik (BPS) setempat mencatat, IPM Kab. Bandung tahun 2015 tercatat 76,45 poin ada kenaikan dibanding tahun 2014 sebesar 75,69 poin. Kecamatan Cileunyi yang pada tahun 2014 lalu menduduki ranking pertama dalam sebaran capaian IPM, untuk tahun 2015 terpaksa bergeser menempati posisi kedua (79,22 poin) digantikan Kecamatan Margahayu yang meraih capaian 79,24 poin.
Sedangkan posisi ketiga ditempati Kecamatan Rancaekek sebesar 78,91 poin dan posisi keempat diraih Kecamatan Dayeuhkolot dengan raihan 78,77 poin. Sementara Kecamatan Baleendah menempati posisi kelima dengan raihan 78,58 poin. Sebagian besar kelima kecamatan yang meraih capaian IPM terbaik tersebut, disumbang oleh indeks daya beli masyarakat dan derajat kesehatan yang sudah baik.
"Kelima kecamatan ini memiliki akses terhadap fasilitas kesehatan, pendidikan dan pusat perekonomian," kata Kepala Bappeda Kab. Bandung Ir. H. Ernawan Mustika, MP.
Sementara disisi lain, upaya Pemkab Bandung untuk mendongkrak IPM dibeberapa kecamatan yang dinilai masih rendah dalam pencapaian IPM-nya, diantaranya dilakukan melalui peningkatan pembangunan pedesaan.
Diperoleh catatan pada tahun 2014, jumlah ADPD (Alokadi Dana Perimbangan Desa) di Kabupaten Bandung mencapai Rp 248,1 milyar. Dana sebesar itu, digunakan untuk penyediaan sarana jalan, pemberdayaan masyarakat dibidang perekonomian disamping untuk perbaikan dan pembangunan fasilitas umum untuk mendukung melonjaknya derajat derajat kesehatan dan pendidikan.
Penghargaan Selama kurun waktu lima tahun (2011-2015) melayani, memberdayakan dan membangun masyarakat. Pemerintah Kabupaten Bandung memperoleh 66 buah penghargaan dari pemerintah pusat, Provinsi Jawa Barat dan berbagai organisasi masyarakat lainnya.
"Penghargaan ini bukan menjadi tujuan, tapi merupakan jembatan untuk kita semua agar mampu meningkatkan kinerja yang lebih baik pada masa mendatang,"ucap Bupati Bandung H. Dadang M. Naser, SH., S.IP., M.Ipol.
Ia menilai tantangan yang akan dihadapi pada masa kepemimpinannya lima tahun kedepan akan semakin kompleks. Seiring dengan kian meningkatnya tuntutan masyarakat yang harus dilayani.
Dalam masa kepemimpinannya periode pertama, H. Dadang M. Naser telah mengeluarkan berbagai kebijakan yang cukup monumental.
Diantaranya program Sabilulungan Raksa Desa, Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan, Pelayanan Terpadu Sabilulungan, Wakaf Leuweung Sabilulungan, penggunaan pakaian adat sunda, optimalisasi anggaran infrastruktur desa, peningkatan jalan mantap, pembangunan Gedong Budaya Sabilulungan, Science Center (Puseur Elmu) dan Bale Rame. Disamping pembangunan jalan tembus Cukang Monteng yang menghubungkan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut dan pengembangan fasilitas gedung olahraga di Stadion Si Jalak Harupat.
Disamping pembangunan jalan tol SOROJA (Soreang-Pasirkoja) yang dijadwalkan selesai akhir Juli 2016 mendatang.
Sumber : Press Release Humas Setda Kabupaten Bandung