REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) menegaskan sudah menghentikan penempatan tenaga kerja Indonesia (TKI) ke negara-negara di Timur Tengah. Penghentian tersebut sudah berlangsung sekira dua tahun.
"Penempatan ke Suriah tak ada. Penempatan ke Timur Tengah dihentikan, dilakukan moratorium, sudah dua tahun ini," kata Kepala Humas BNP2TKI, Haryanto saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (20/4).
Sehingga, ia mengatakan, jika ada perusahaan yang menawarkan penempatan di daerah Timur Tengah, artinya prosesnya non-prosedural. Ia menjelaskan, langkah tersebut untuk mengurangi sejumlah dampak akibat konflik yang terjadi di sejumlah daerah di Timur Tengah.
"Yang memiliki permintaan ke negara tersebut tidak dilayani prosesnya. Dipastikan tak ada penempatan di negara tersebut," ujarnya.
Haryanto mengimbau kepada masyarakat atau pihak terkait, agar menginformasikan apabila mengetahui masih ada perusahaan yang menawarkan pemerjaan ke Timur Tengah. Ia meyakini, praktik-praktim semacam itu, masih dilakukan oleh calo.
"Untuk melakukan upaya bersama supaya tak ada lagi supaya tak ada lagi korban. Disyaratkan stakeholder untuk melakukan upaya pencegahan," jelasnya.
Ia meminta masyarakat jika mengetahui adanya praktik-praktik calo, agar melaporkan ke aparat penegak hukum. "Kemudian kepada masyarakat yang ingin kerja ke luar negeri hendaknya menanyakan sumber atau instansi daerah asalnya," ucapnya.
Sebelumnya, pada Januari 2016 lalu, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Damaskus telah berhasil mengeluarkan dan menyelamatkan seorang Tenaga Kerja Wanita asal Indonesia bernama Casih Bt Waan dari wilayah konflik Deir Ezzor, Suriah. Casih akan dipulangkan pada 25 April 2016 mendatang bersama 50 Warga Negara Indonesia (WNI) lain dari Suriah.
TKW asal Subang Jawa Barat ini sebelumnya telah dievakuasi menggunakan helikopter tentara Suriah dari Kota Deir Ezzor yang selama ini telah dikepung kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Namun, Casih belum menerima gajinya selama 5 tahun bekerja, karena majikan dan keluarganya tidak selamat di Kota Deir Ezzor. KBRI Damaskus selama berbulan-bulan terus menelusuri keberadaan majikan dan mengejar hak-hak Casih.
Berdasarkan informasi dari jaringan intelijen Pemerintah Suriah, Tsair bin Samalut dan keluarganya diberitakan tidak selamat di Kota Deir Ezzor. Terlebih lagi setelah majikan Tsair bin Samalut diketahui ISIS, bekerja sama dengan Tentara Suriah dalam menyelamatkan Casih keluar dari Kota Deir Ezzor.