REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Menteri Dalam Negeri Belgia membantah penstigmaan Muslim setelah mengatakan banyak dari mereka menari dalam perayan pascaserangan teror Brussels. Bantahan itu dikeluarkan pada Rabu (20/4).
"Semua orang tahu hal-hal ini terjadi. Apakah kita harus menunggu laporan resmi polisi untuk mengkonfirmasi kebaradaan fakta-fakta ini," kata Jan Jambon kepada parlemen selama interogasi dari oposisi dilansir dari the Guardian.
Jambon, anggota senior partai nasionalis New Flemish Alliance (NVA) membantah telah memicu ketegangan dengan komunitas Muslim Belgia. Komunitas tersebut berjumlah sekitar 600 ribu dari populasi 11 juta orang.
"Saya tidak memiliki laporan polisi. Ada yang (menari) tapi tidak banyak, beberapa layanan telah mengkonfirmasi kepada saya ini bukan rumor dan mereka melihatnya," katanya.
Komentar Jambon digemakan oleh calon presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengklaim Muslim merayakan serangan 11 September 2001.
Jambon membuat komentar awal dalam sebuah wawancara dengan surat kabar De Standaard edisi Sabtu. "Sebuah bagian penting dari komunitas Muslim menari ketika serangan itu terjadi," katanya kepada surat kabar tersebut.
Ia juga menuduh warga Muslim dari kawasan Molenbeek, sebagian besar imigran Brussels menyerang polisi selama operasi pada Maret untuk menangkap tersangka serangan mematikan di Paris pada November tahun lalu.
Jambon, yang partainya menuduh pemerintah sebelumnya gagal mengatasi radikalisasi mengatakan tidak akan berpaling. "Tugas saya adalah mengidentifikasi masalah, untuk menamainya dan untuk mengambil tindakan," ujar dia.