REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Para pedagang Pasar Sumber di Kabupaten Cirebon mengalami keterpurukan sejak berjualan di pasar darurat. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sejumlah pedagang bahkan harus melakukan barter dengan pedagang lainnya.
Salah seorang pedagang Pasar Sumber, Ela menyatakan, omzet para pedagang Pasar Sumber anjlok hingga 60 persen selama tujuh bulan terakhir berjualan di pasar darurat. Bahkan, banyak pedagang yang dagangannya tidak laku sama sekali.
Hal itu seperti yang dialami pedagang sandal di Pasar Sumber. Akibat barang dagangannya tak laku, pedagang tersebut harus menukarkan sandal dagangannya dengan cabai merah.
''Jadi pakainya sistem barter karena tidak punya uang untuk makan, seperti kembali ke zaman batu,'' ujar Ela, Kamis (21/4).
Ela menegaskan, para pedagang Pasar Sumber hanya ingin kembali berjualan di pasar lama. Selain nilai historis, hal itu juga karena alasan ekonomis keberadaan pasar lama Sumber yang sangat strategis.
Ela menyebutkan, di pasar darurat yang hanya berjarak beberapa meter dari pasar lama, omzet pedagang anjlok 60 persen. Kondisi itu diyakini akan semakin parah jika pasar direlokasi ke Kelurahan Kenanga yang jaraknya beberapa kilometer dari pasar lama.
Selama ini, pembeli yang datang ke Pasar Sumber berasal dari berbagai daerah, termasuk daerah Mandirancan Kabupaten Kuningan. Jika pasar direlokasi ke Kelurahan Kenanga yang jaraknya lebih jauh, itu berarti pembeli harus menambah ongkos transportasi sehingga mereka enggan datang.
''Di pasar darurat yang sangat strategis dan dekat dengan pasar lama saja, pembeli tidak mau kesitu. Apalagi yang jaraknya jauh,'' keluh Ela.
Ela dan ribuan pedagang Pasar Sumber lainnya pun menggelar unjuk rasa ke Kantor Bupati Cirebon, Kamis (21/4). Dalam aksinya, mereka menolak dengan tegas relokasi ke Kelurahan Kenanga dan hanya menginginkan revitalisasi pasar lama.
''Tolak relokasi dan dukung revitalisasi adalah harga mati,'' tandas Ketua Ikatan Pedagang Pasar Sumber, Ridwan.