REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengingatkan kaum perempuan agar tidak bernasib sama seperti yang dialami RA Kartini. Kartini meninggal muda akibat komplikasi persalinan.
"Saya ingin mengingatkan, Kartini meninggal pada usia muda karena mengalami komplikasi persalinan dan keterlambatan mendapatkan layanan persalinan. Hari ini kita masih punya pekerjaan rumah (PR) besar, angka kematian ibu di Indonesia masih 359/100 ribu kelahiran hidup," katanya di Jakarta, Kamis (21/4).
Karena itu pentingnya bagi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya ke layanan kesehatan dan memenuhi asupan gizi yang diperlukan tubuh selama hamil agar bayi yang lahir cukup gizi dan sehat. "Artinya setiap jam ada dua orang ibu meninggal karena komplikasi persalinan. Ini PR bagaimana Kartu Indonesia Sehat bisa menyapa, bagaimana Program Keluarga Harapan (PKH) bisa menjangkau masyarakat miskin," kata dia.
PKH menyasar dari mulai ibu hamil kurang mampu agar memastikan ibu di periksa ke dokter tiga sampai empat kali selama kehamilan dengan memanfaatkan KIS gratis dan biaya transportasi bisa menggunakan uang bantuan PKH. "Sekarang kalau mereka yang di daerah terpencil atau pedalaman untuk menjangkau layanan kesehatan apakah naik perahu dari duit yang mereka terima dari PKH," katanya.
Dia menjelaskan, sebetulnya PKH menyatu dengan upaya menyiapkan gizi baik bagi ibu hamil maupun bayi yg akan dilahirkan. Setiap ibu hamil dari keluarga sangat miskin (KSM) atau 11 persen dari warga ekonomi terbawah bisa mendapatkan asupan gizi seimbang baik saat kehamilan maupun usai melahirkan dengan tiga anak yang bisa ditanggung.
"Keunikan PKH adalah mampu memberikan layanan kesehatan, terutama bagi bumil dan usai melahirkan dan mengurus bayi dengan bantuan Rp 1,2 juta per tahun, sehingga dipastikan derajat kesehatan bumil meningkat dan anak-anak bisa tumbuh lebih sehat," katanya.