Kamis 21 Apr 2016 21:15 WIB

Sebuah Kemajuan Jika Sutradara Perempuan Makin Banyak

Red: Andi Nur Aminah
Nia Dinata
Foto: REPUBLIKA/Yogi
Nia Dinata

REPUBLIKA.CO.ID, Sutradara perempuan Nia Dinata bangga sekaligus senang dengan makin banyak bibit-bibit baru filmmaker perempuan yang bermunculan di Indonesia. Baginya, itu pertanda sebuah kemajuan. Dia pun menyebut, keberadaan perempuan dalam industri pembuatan film akan memunculkan banyak corong bagi perempuan itu sendiri. "Ini kemajuan. Makin banyak sutradara perempuan berarti makin banyak hal yang bisa disuarakan dan mendapat corong," kata Nia di sela Talkshow perayaan Hari Kartini yang digelar SK-II di Jakarta, Kamis (21/4). 

Sebagai sutradara perempuan senior, Nia tak pernah khawatir dengan bermunculannya bibit-bibit filmmaker muda. Dia justru senang. Selama ini, menurut sutradara sejumlah film sukses ini, ada banyak cerita tentang sisi kehidupan perempuan yang selama ini tenggelam. Cerita-cerita tersebut tergilas oleh kaum lelaki. Karena, kesempatan perempuan sebagaipembuat film mendengungkan apa yang ada dalam pikiran mereka melalui film. 

Profesi sutradara diakuinya memang pilihan yang jarang dilirik kaum perempuan. Menurut perempuan kelahiran Maret 1970 ini, ada banyak pertimbangannya. Salah satunya adalah kodrat perempuan yang pada masanya tiba harus hamil dan melahirkan. 

Kondisi tersebut pernah dialaminya saat mengandung putra keduanya. Nia menceritakan sempat merasa 'disepelekan' oleh kaum pria di sekitar lingkungan kerjanya. Ketika itu, dia masih dalam kondisi hamil tiga bulan. Saat sedang mencoba mencari dukungan untuk pembuatan film Ca Bau Kan, dia mengalami apa yang dirasakannya sebagai sikap menyepelekan. 

Seperti apa bentuknya? "Ada yang mengatakan, ngapain bikin film lagi hamil. Mending tunggu saja dulu sampai melahirkan," ujar Nia. 

Nia mengatakan, apa yang salah dengan kondisi kehamilannya saat itu sembari menggarap proyek film yang sudah dirisetnya lebih dari dua tahun. "Saya riset sudah lama, tiba-tiba saya hamil kan tidak mungkin dong saya menolak rezeki itu. Lalu kenapa harus dihentikan jika saya hamil. Masak saya harus menunggu sampai melahirkan," ujarnya. 

Atas kondisi tersebut, Nia menyelipkan pesan kepada kaum perempuan pada umumnya, bahwa untuk diakui dan dianggap ada oleh orang banyak, perlu pembuktian. 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
قَدِ افْتَرَيْنَا عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا اِنْ عُدْنَا فِيْ مِلَّتِكُمْ بَعْدَ اِذْ نَجّٰىنَا اللّٰهُ مِنْهَاۗ وَمَا يَكُوْنُ لَنَآ اَنْ نَّعُوْدَ فِيْهَآ اِلَّآ اَنْ يَّشَاۤءَ اللّٰهُ رَبُّنَاۗ وَسِعَ رَبُّنَا كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًاۗ عَلَى اللّٰهِ تَوَكَّلْنَاۗ رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ
Sungguh, kami telah mengada-adakan kebohongan yang besar terhadap Allah, jika kami kembali kepada agamamu, setelah Allah melepaskan kami darinya. Dan tidaklah pantas kami kembali kepadanya, kecuali jika Allah, Tuhan kami menghendaki. Pengetahuan Tuhan kami meliputi segala sesuatu. Hanya kepada Allah kami bertawakal. Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil). Engkaulah pemberi keputusan terbaik.”

(QS. Al-A'raf ayat 89)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement