Jumat 22 Apr 2016 13:36 WIB

Banjir di Jakarta, Ahok: Masalah di Pintu Air Saja

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Bilal Ramadhan
Pekerja mengoperasikan alat berat untuk mengeruk sampah di Pintu Air Manggarai, Jakarta, Kamis (3/3).
Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Pekerja mengoperasikan alat berat untuk mengeruk sampah di Pintu Air Manggarai, Jakarta, Kamis (3/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengaku adanya kesalahan manajemen dalam penanganan banjir. Alhasil sejumlah wilayah di DKI masih terendam hingga hari ini.

Pria yang akrab disapa Ahok tersebut mengatakan terdapat ketidaksingkronan pengelolaan saluran air. Sehingga kadang suatu wilayah mengalami genangan akibat buruknya pengelolaan.

"Ini masalah pintu air aja lah, sekarang gini aja, bukannya kita mau bela diri. (Jakarta) Barat banjir terus toh, kalau hujan merata, harusnya barat tetap banjir kan. Kenapa barat enggak? Kok pindah lagi sekarang ke Gunung Sahari. Gunung Sahari udah dia tutup begitu banyak," ujarnya kepada wartawan di Balai Kota, Jumat (22/4).

Ahok menyebut luapan air terjadi karena air dibuang ke wilayah tersebut. Padahal seharusnya bisa dibuang ke Pintu Air Pasar Ikan yang kala itu masih berstatus minus 125 sentimeter.

"Saya tanya, kenapa enggak mau buang, tadi kan anda dengar apa alasannya. Ya saya enggak mau marah aja. Kenapa sih (pintu air) Pasar Ikan dan Waduk Pluit enggak mau dikirim air? Dia bilang dari min 2 (meter) jadi min 65 (cm). Min 65 masih min, itu sampe plus 2 (meter) masih oke kok," ujarnya.

Lebih lanjut, kata dia, air dipaksa dibuang ke wilayah Ancol dan Gunung Sahari. Padahal kedua daerah tersebut tak mampu menampung air dalam jumlah banyak.

"Lalu gara-gara Waduk Pluit udah min 65 (cm), airnya dia pilih dia buang ke Ancol. Ancol Gunung Sahari mana sanggup nampung banyak air coba. Kenapa enggak dari Istiqlal dibuang ya jalan Sawo udah naik di kota," ucapnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement