REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan pertambangan asal Australia, BHP Billiton belum memutuskan apakah benar akan hengkang dari Indonesia atau tidak. Presiden Direktur BHP Billiton Indonesia Imelda Adhisaputra mengungkapkan, saat ini belum ada keputusan apapun dari perusahaan. Ia menolak menjelaskan lebih jauh soal aksi korporasi BHP Billiton ke depan.
"Maaf kami tidak bisa berkomentar lebih banyak selain bahwa kami sedang melakukan kajian strategis saat ini. Kajiannya menyeluruh," kata Imelda, di Jakarta, Jumat (22/4).
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengungkapkan, pemerintah sudah mengetahui rencana aksi korporasi BHP Billiton. Sejauh yang ia tahu, kata Sudirman, ada pihak yang berminat untuk mengakuisisi saham milik BHP di Tambang Maruwai, Kalimantan Tengah. Namun, dia mengaku belum mengetahui siapa pihak yang dimaksud. Bagaimana detilnya, pemerintah belum mengetahui lebih jauh.
"Belum tahu siapa yang mau masuk, tapi mereka dengan proper sampaikan informasi itu," ujarnya.
Sudirman juga menyatakan, belum tahu pasti apakah pihak BHP akan menjual seluruh sahamnya atau tidak. Alasannya, rencana akusisi tersebut pun masih masih belum matang dan perlu pembicaraan lebih jauh.
"BHP sudah tahu, ada kemungkinan, istilahnya tidak pull out sih. Kan sedang ada yang mau membeli, dan mereka memberi tahu. Belum tau siapa yang mau masuk tapi mereka dengan proper sampaikan informasi itu," ujarnya.
Sebelumnya, Direktur PT Adaro Energy Tbk M Syah Indra Aman enggan berkomentar banyak soal rencana Adaro untuk mengambil alih kepemilikan saham BHP Billiton di Indonesia. Hanya saja, pihaknya siap mengkaji kemungkinan tersebut apabila memang BHP Billiton menawarkan 75 persen sahamnya.
"Lebih tepat ditanyakan kepada mereka. Saya mau klarifikasi yang sering sebut divestasi. Kita harus bedakan divestasi karena kewajiban atau karena divestasi yang karena emang mau jual saja. Itu prosesnya beda," kata Indra.
Saat ini, BHP Billiton menguasai 75 persen saham PT IMC, sisanya dimiliki PT Adaro Energy Tbk. PT IMC memegang tujuh konsesi PKP2B proyek batu bara di Kalimantan, yakni PT Lahai Coal, PT Ratah Coal, PT Juloi Coal, PT Pari Coal, PT Sumber Barito Coal, PT Kalteng Coal dan PT Maruwai Coal. Sebagian besar mereka menambang batu bara jenis metallurgical coal. Melakukan eksplorasi sejak tahun 1997, IMC baru melakukan penjualan komersial batu bara perdana pada September 2015 lalu.