REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wali Kota Jakarta Utara, Rustam Effendi akhirnya menjawab dengan tegas tuduhan atasannya Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang dianggap mendukung Yusril Ihza Mahendra. Melalui akun pribadi Facebook-nya, Rustam Effendi menuliskan curhatan hatinya menjawab tuduhan Ahok tersebut.
Curahan hatinya itu diberi judul 'Bekerja dengan Hati, Suatu Ironi.' Rustam mengungkapkan ia sadar bahwa belum banyak yang bisa ia kerjakan untuk warga di Jakarta Utara. Namun ia menegaskan selama ini yang dilakukannya adalah bekerja dengan sepenuh hati.
Jika ada sedikit perbaikan, ia meminta masyarakat menilai bagaimana yang dirasakan di Jakarta Utara saat ini. Seperti fakta agak berkurangnya daerah genangan di Jakarta Utara, atau Jakarta Utara sedikit lebih bersih, atau juga yang masih segar dalam ingatan kita yaitu lenyapnya kawasan lokalisasi prostitusi Kalijodo.
"Saya selalu mengatakan bahwa itu adalah hasil kerja tim dan atas dukungan masyarakat, saya tidak pernah mengklaim bahwa pekerjaan itu prestasi kerja saya sendiri," tulis dia, Sabtu (24/4).
Rustam pun menyadari, masih banyak kekurangan, kelemahan dan keterbatasannya selama ini. Walaupun ia berupaya memperbaiki kelemahan dan kekurangan itu. Namun kelemahan, kekurangan atau juga kealpaan adalah sifat manusia yang sulit dielakkan.
Karena itu, koreksi atau bahkan kemarahan dari pimpinan bagi dia, adalah kewajaran bagi perbaikan ke depan. "Marahnya pimpinan saya anggap cambuk untuk perbaikan ke depan. Saya tidak pernah sakit hati atas marahnya pimpinan kepada saya, karena saya selalu berpikir bahwa pimpinan pasti lebih baik, lebih tahu dan lebih bijak dari bawahan," ujar dia.
Tapi dia menegaskan khusus untuk penertiban atau pembongkaran, ia tidak pernah ragu apalagi takut melaksanakan tugas itu. Hanya ia menyadari penertiban atau pembongkaran yang menyangkut orang banyak saya bertindak ekstra hati-hati. Dengan perhitungan matang dan harus terkoordinasi dengan unit-unit terkait dan melalui pengkondisian secara baik.
Satu hal yang menjadi kunci dalam penertiban dan pembongkaran permukiman adalah ketersediaan dan kelayakan rumah susun sebagai tempat relokasi penghuni dan penduduk yang akan ditertibkan. Bagi dia, ini suatu keharusan yang tidak boleh ditawar.
Dengan kesadaran sebagai PNS/Aparatur Sipil Negara, ia tidak mau mengaitkan pelaksanaan tugas dengan kepentingan politik orang atau golongan tertentu. Jadi jika ada yg menilai ia bersekutu dengan tokoh politik atau pun bakal calon gubernur dan wakil gubernur dalam Pilkada DKI 2017, saya nyatakan tidak benar dan tidak beralasan sama sekali. "Dengan ini saya nyatakan bahwa tuduhan saya bersekutu dengan Pak Yusril adalah tidak benar," tegas dia.
Sebelumnya saat rapat penanganan banjir di Balai Kota, pada Jumat (22/4), Ahok kembali mengungkapkan kemarahannya kepada Wali Kota Jakarta Utara, Rustam Effendi. Ahok menuding Wali Kota Jakarta Utara Rustam Effendi mendukung Yusril Ihza Mahendra yang menolak penertiban di beberapa kawasan kumuh Jakarta Utara.
Tudingan Ahok itu dilatarelakangi laporan jajaran Dinas Tata Air yang mengeluhkan kesulitan menormalisasi saluran air di kolong tol Ancol, Penjaringan, karena banyaknya permukiman liar. "Duh Pak Wali Kota ini, saya selalu bilang begini Pak Wali, Pak Wali kalau saya suruh usir orang itu wah ngelesnya. Jangan-jangan satu pihak sama Yusril ini?" ujar Ahok.