Ahad 24 Apr 2016 20:02 WIB

Umat Islam Sering Kalah dalam Perang Budaya

Rep: C25/ Red: Achmad Syalaby
Ketua MUI KH Cholil Ridwan
Foto: SuaraIslam
Ketua MUI KH Cholil Ridwan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tokoh Senior Majelis Ulama Indonesia (MUI), Cholil Ridwan, mengingatkan kalau perang budaya lebih berbahaya dari perang konvensional, karena tidak mengenal waktu dan lokasi untuk terjadi. Sayangnya, ia merasa umat Islam di Indonesia sering dipecundangi, dalam perang-perang budaya yang selama ini terjadi.

"Perang budaya itu lebih bahaya dari yang konvensional, dan kita sering jadi pecundang dalam perang itu," kata Cholil belum lama ini.

Padahal, lanjut Cholil, perang merupakan bagian dari kehidupan yang memang tidak bisa dihindari, terutama oleh umat Islam yang memang sangat dekat dengan perjuangan. Terlebih, posisi budaya dalam Islam sangatlah penting, karena merupakan bagian hidup yang harus diteguhkan lewat aqidah.

Ia menekankan perjuangan umat Islam dapat dituangkan dalam banyak aspek, seperti perang melawan budaya pembiaran, yang belakangan banyak dimiliki umat di Indonesia. Cholil menerangkan budaya pembiaran itu dapat dilihat jelas, saat umat seakan membiarkan gerakan lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) merajalela dan pemimpinan yang sewenang-wenang.

Selain itu, ia menekankan perjuangan umat dapat dituangkan lewat penafsiran Pancasila sebagai dasar negara dengan benar, termasuk unsur Islam di dalamnya. Cholil menambahkan, Pancasila harus jadi bagian Islam, dan umat tidak boleh meyakininya sebagai ideologi melebih keyakinan atas Islam.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement