REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Laoly mengakui pihak Lapas Banceuy sempat melakukan pemaksaan pada saat Operasi Bersinar untuk membersihkan narkoba di Lapas yang dicanangkan oleh pihak Kemenkumham. Namun, Laoly menyebut tindakan tersebut disebabkan karena adanya tekanan yang diterima oleh Kalapas agar lapasnya bersih dari Narkoba.
Operasi Bersinar yang dicanangkan oleh Kemenkumham memang rutin dilakukan. Yasonna mengatakan langkah tersebut dilakukan agar lapas bisa bebas dari narkotika. Apalagi, Lapas Banceuy merupakan salah satu lapas yang terkenal dengan transaksi narkotika yang cukup tinggi.
Yasonna mengatakan, operasi tersebut mendapati dua orang yang membawa narkoba. Salah satunya adalah Undang, korban tewas gantung diri di Lapas. Kawan Undang yang sama-sama terjaring operasi setelah diperiksa lebih jauh juga ternyata positif narkoba.
"Jadi memang ada pemaksaan pemeriksaan. Ya mungkin dia terlalu bersemangat. Karena saya keras kepada seluruh Kalapas kalau ada narkoba lagi Kalapasnya ya saya copot," ujar Yasonna di Kantor Menkumham, Jakarta, Ahad (24/4).
Yasonna mengatakan karena tekanan itulah dimungkinkan adanya tekanan yang ia lakukan kepada Undang dan rekannya. Karena Undang sendiri sempat mencoba menghilangkan barang bukti dengan membuang kantong plastik hitam ke dalam toilet.
"Penyiksaan nggak ada. Saya bantah. Tapi mungkin ya colek-colek atau tepuk-tepuk dikit lah. Tempeleng lah paling nggak. Tapi bukan itu penyebab kematiannya Undang," ujar Yasonna.
Yasonna memastikan Undang meninggal karena bunuh diri. Ia bisa memastikan bahwa pemaksaan saat pemeriksaan yang dilakukan oleh pihaknya bukan penyebab kematian Undang.
Yasonna menilai, Undang akhirnya memilih bunuh diri sebab Undang dalam keadaan depresi. Udang akan bebas dalam dua bulan mendatang, namun karena tertangkap tangan membawa narkotika maka ia stress. Undang khawatir dirinya tak jadi keluar dari lapas dan akan menghadapi proses hukum lagi.
Baca juga: Ini Kronologi Tewasnya Narapidana di Lapas Banceuy Versi Menkumham