REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penertiban di beberapa lokasi di Jakarta menimbulkan pro dan kontra. Bahkan, penggusuran dinilai arogan.
"Kami ingin Jakarta bagus dan indah, metropolitan itu untuk semua orang yang menghuni Jakarta. Penggusuran jangan sampai ada aparat membawa senjata. Jangan buat Jakarta jadi neraka buat rakyat miskin," kata Kepala Satgas Cakra Buana Komarudin Watubun saat acara doa tobat lintas agama bersama masyarakat di Kampung Duri Pulo, Jakarta Barat, Ahad(24/4/).
Rakyat kecil, lanjutnya, biasanya hanya dijadikan pemimpin sebagai batu loncatan. Kemudian kalau sudah naik diinjak ke bawah. "Tapi saya yakin, Pak Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat tidak seperti itu. Dia wali kota terbaik, tidak bisa menggusur dengan cara tidak beradap. Ini nasehat buat Pak Djarot," katanya.
Dalam cita-cita pembukaan UUD rakyat harus sejahtera. Itu, kata dia, adalah janji yang harus dipenuhi oleh pemerintah. "Satgas Cakra Buana dan karang taruna terima kasih karena masih punya solidaritas. Itu modal untuk republik ini," ujarnya.
Komarudin mengatakan, Indonesia itu kaya, kita harus bergembira. Jangan sampai kita hanya merenung memikirkan nasib saja. "Kita tahu warga sini ada perasaan was-was untuk digusur. Pesan saya untuk Pemprov DKI lakukan pendekatan kemanusiaan dan beradap," katanya.
Ketua Dewan Kehormatan DPP PDIP ini meminta agar pemprov DKI memikirkan untuk memberikan solusi baru, terkait permasalahan di Jakarta. "Pemerintah memberikan solusi, bukan baru cari-cari solusi, itu tugasnya, tugas pemimpin memberikan pelayanan kepada rakyatnya, jadi kalau mengusur harus menyiapkan tempat yang cocok, dan tidak boleh mengerakan aparat alat negara jangan digunakan menggusur. Jangan pakai gaya orde baru."