REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Partai Pekerja Kurdistan (PKK) memperingatkan pertarungan masih akan terus berlangsung melawan Turki, Ahad (24/4). Pada BBC, pemimpin PKK, Cemil Bayik mengatakan Pemerintah Turki terus memaksa kelompoknya menyerah.
"Itu tidak mungkin," kata Bayik. Ia menyebut Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan memperkeruh perang ini. Menurutnya, PKK siap untuk melakukan negosiasi, namun Ankara lebih mendesak agar mereka menyerah.
"Kurdi akan membela diri hingga akhir, jadi jika Turki terus melakukan itu, kami siap mengintensifkan pertempuran ini," kata Bayik. Secara terpisah, ajudan Erdogan mengenyampingkan kemungkinan negosiasi dengan PKK.
Penasehat kepresidenan Turki, Ilnur Cevik mengatakan PKK mencoba membangun negara terpisah dan itu tidak memungkinkan. Ketika ditanya apakah mungkin ada negosiasi, Cevik mengatakan tidak untuk saat ini.
Bayik menegaskan PKK tidak ingin memisahkan diri dari Turki dan membangun negara baru. Ia mengatakan PKK tidak ingin memecahbelah Turki. "Kami ingin hidup di tanah kami dengan bebas, kami akan meneruskan perjuangan hingga hak-hak dasar Kurdi diterima," kata dia.
Gencatan senjata Pemerintah Turki dan PKK yang sudah berusia dua tahun hancur Juli lalu. Sejak saat itu, bentrokan semakin sering terjadi. Termasuk serangan udara Turki yang menargetkan PKK di basis Irak bagian utara.
Turki, Uni Eropa dan AS melabeli PKK sebagai organisasi teroris. Meski demikian, Bayik mengakui PKK memiliki hubungan langsung dengan AS dalam operasi melawan ISIS.
Baca juga, Presiden Turki: Perlawanan PKK Harus Segera Berakhir.