Selasa 26 Apr 2016 11:25 WIB

KPK Duga Nurhadi Tahu Banyak Soal Dugaan Suap Panitera PN Jakarta Pusat

Rep: Wisnu Aji Prasetiyo/ Red: M Akbar
Kepala Bagian Informasi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Priharsa Nugraha (kanan) bersama PLH Kabiro Humas KPK Yuyuk Andriati (kiri) memaparkan hasil penetapan tersangka anggota Komisi V DPR dari Fraksi Partai Golkar Budi Supriyanto di gedung KPK, Jakart
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Kepala Bagian Informasi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Priharsa Nugraha (kanan) bersama PLH Kabiro Humas KPK Yuyuk Andriati (kiri) memaparkan hasil penetapan tersangka anggota Komisi V DPR dari Fraksi Partai Golkar Budi Supriyanto di gedung KPK, Jakart

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) masih mengusut kasus dugaan suap kepada  Panitera/Sekretaris Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Edy Nasution. KPK juga akan segera memanggil sejumlah saksi yang diduga mengetahui kasus tersebut.

Salah satunya, Sekjen Mahkamah Agung, Nurhadi. Kepala Bagian Pemberitaan dan Publikasi KPK, Priharsa Nugraha menegaskan pencegahan yang dilakukan terhadap Nurhadi sangat serius. Penyidik, kata dia, menduga Nurhadi tahu banyak soal dugaan suap tersebut.

"Keterangannya sangat dibutuhkan oleh penyidik," kata Priharsa saat dikonfirmasi, Selasa (26/4).

Namun, lanjut dia, untuk saat ini KPK belum menjadwalkan pemeriksaan bagi Nurhadi.  "Tapi, pasti dipanggil karena penyidik menduga Nurhadi mengetahui banyak terkait penyidikan yang sedang berlangsung," ujar Priharsa.

Sebelumnya, KPK menangkap tangan Panitera PN Jakarta Pusat, Edy Nasution. Edy ditangkap oleh KPK usai melakukan transaksi suap. Usai penangkapan, tim penyidik pun melakukan penggeladahan di empat tempat berbeda.

Salah satunya, kediaman dan ruang kerja Nurhadi di Gedung MA. Dalam penggeledahan tersebut, KPK menyita dokumen dan sejumlah uang dari rumah dan ruangan Nurhadi di Mahkamah Agung. KPK pun kini tengah menelusuri hubungan uang tersebut dengan uang Rp 50 juta yang disita KPK saat menangkap Edy, beberapa waktu lalu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement