REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sejak sepekan terakhir warga Koroulon Kidul, Bimomartani, Ngemplak disibukkan dengan keberadaan keong di pesawahan. Hampir setiap hari mereka mengumpulkan hewan bercangkang itu agar tidak merusak tanaman padi.
Salah satu pemilik sawah, Sukamto (58) menuturkan, keong yang menjangkiti sawahnya merupakan jenis keong hitam. Keong tersebut merusak tanaman padi yang masih berumur satu minggu. “Kalau dibiarkan, satu tanaman padi bisa habis dimakan keong,” tutur Sukamto, Selasa (26/4).
Menurutnya, dalam satu hari petani bisa mengumpulkan keong sebanyak satu ember ukuran sedang. Setelah itu, biasanya petani menebar keong-keong tangkapan mereka ke jalan beraspal. Hal tersebut dilakukan agar hama tanaman padi tersebut mati terlindas oleh ban dari truk-truk yang lewat.
Sukamto menuturkan, sekarang keong menyerang padi yang masih tergenangi air. Hewan tersebut menempel pada batang padi. Lalu memakan daun sehingga tubuh padi menjadi rusak. Guna menghilangkan hama tersebut, petani menguras air sawah untuk sementara agar keong-keongnya mati. “Biasanya petani mengeringkan sawah selama empat hari,” ujar Sukamto.
Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan (DPPK) Sleman, Edy Sri Harmanta mengemukakan, hama keong bisa muncul karena dua faktor. Pertama, karena sudah ada populasi keong di lahan setempat. Kedua, keong dari tempat lain muncul karena terbawa aliran air irigasi.
Edy menjelaskan, wilayah yang terserang keong biasanya lahan yang selalu tergenang air. “Untuk pengendaliannya dapat dilakukan dengan cara membuat saluran air di petakan sawah. Lalu lahan dikeringkan sehingga keong akan mengumpul disaluran air, dan petani tinggal mengambili keong tersebut,” tuturnya.
Ia menyampaikan, hama keong bisa terjadi di sepanjang tahun, selama tergenang air atau tidak bisa dikeringkan. Edy mengaku pernah mendapat masukan cara pengendalian keong dari petani prambanan. Antara lain dengan cara lahan dikeringkan dan ditebari sekam padi secara merata.
Dengan menebar sekam, keong akan mencekam sekam padi tersebut. Setelah itu keong akan mengeluarkan lendirnya secara terus menerus sampai akhirnya akan mati. Edy mengemukakan, hama keong ini hampir tidak mungkin menyerang lahan dengan tanaman palawija.
Sementara itu, Kepala DPPK Sleman, Widi Sutikno menuturkan, instansinya akan melakukan pengendalian dengan menggunakan pestisida hayati. “Keong memang memakan tanaman yang masih muda. Namun populasinya tidak terlalu banyak,” papar Widi.