REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Akhir-akhir ini muncul wacana keharusan negara meminta maaf kepada keluarga atau korban yang dituduh sebagai bagian dari Partai Komunis Indonesia (PKI). Ormas Islam NU juga dinilai perlu meminta maaf.
Budayawan Taufiq Ismail mengatakan, PKI memang kejam. Sejak tahun 1917-1991 komunis membantai 120 juta umat manusia di 75 negara.
"Dalam pemberontakan Madiun 1948, PKI juga membantai ribuan orang. Selama tahun 1960-an juga melakukan kekejaman yang berpuncak pada pembunuhan tujuh jenderal pada 30 september 1965, karena itu ormas Islam melawan PKI, begitu juga TNI yang pancasilais," katanya, Selasa, (26/4).
Perlawanan dilakukan untuk menghentikan kekejaman PKI dengan Pemuda Rakyat dan Gerwaninya yang dipersenjatai.
Wakil Sekjen PBNU, sekaligus penulis buku Benturan NU dan PKI, H Abdul Mun'im DZ mengatakan, perlawanan rakyat begitu masif dan militan karena selama bertahun-tahun rakyat diteror PKI, misalnya dalam bidang agraria, yaitu merebut tanah para kiai.
Baca juga, Front Pancasila Tolak Acara Simposium PKI.
Di bidang agama, PKI meneror dengan merebut dan merusak beberapa masjid dan langgar. Dalam bidang budaya, jelas Mun'im, PKI membuat lakon drama dengan cerita "Lahirnya Gusti Allah", "Matinya Gusti Allah", dan sebagainya. Di bidang politik, mereka menginfiltrasi birokrasi, TNI, dan partai lain lalu mengacau di dalam.