Selasa 26 Apr 2016 15:24 WIB

Mengenang Chernobyl, Belarus Ajak Ubah Persepsi Soal Tenaga Nuklir

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Teguh Firmansyah
Kerusakan akibat tragedi Chernobyl
Kerusakan akibat tragedi Chernobyl

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Kecelakaan terbesar dalam sejarah tenaga nuklir di dunia telah berlalu 30 tahun lalu. Kecelakaan nuklir Chernobyl pada 26 April 1986 menjadi gambaran efek tenaga nuklir jika gagal ditangani dengan baik.

Pada hari ini, Selasa (26/4), Kedutaan Belarus di Indonesia dan BATAN menggelar acara untuk memperingati kecelakaan yang membuat ratusan ribu orang terpaksa dievakuasi. Reaktor nuklir Chernobyl meledak karena kesalahan operasional.

Sebanyak 190 ton gas radioaktif terlepas ke udara. Kebakaran yang terjadi akibat ledakan nuklir tak berhenti hingga 10 hari. Sebanyak tujuh juta orang terdampak kontaminasi radioaktif, tiga juta orang di antaranya anak-anak.

Angin membawa gas radioaktif terbang hingga seluruh Eropa. Gas terakumulasi jadi awan hingga menurunkan hujan yang terkontaminasi. Sumber air, tanaman, hutan, sumber makanan tak bisa lari dari polusi nuklir.

Sebanyak 210 ribu orang di Belarus diungsikan ke tempat aman. Hutan di Belarus pun berubah jadi merah karena efek radioaktif.

Reaktor Chernobyl berada di Ukraina, namun dampak besar dirasakan Belarus. Chernobyl berjarak hanya 16 km dari perbatasan Ukraina dengan Belarus. Menteri Konselor Kedutaan Besar Belarus di Indonesia, Denis Kovalev mengatakan saat itu Uni Soviet masih berdiri sehingga negara-negara anggota membantu semua proses pascakecelakaan.

Namun setelah 1991 Uni Soviet bubar, Republik Belarus harus mulai mengurus sendiri. "Pemerintah memulai beragam program untuk sampai pada fase ini," kata dia. Atase politik, ilmu pengetahuan dan kerja sama teknologi, Andrei Trusov mengatakan Belarus melakukan lima program sejak saat itu dengan total anggaran 22 miliar dolar AS.

Beberapa tahap yang dilakukan di antaranya evakuasi penduduk, pembersihan mengeliminasi kontaminan dan membentuk kebijakan. Kebijakan dan hukum fokus pada perlindungan sosial kependudukan dan lingkungan yang terimbas.

Republik Belarus sadar kecelakaan ini bukan alasan agar dunia menghindari nuklir. "Saya rasa kita harus fokus pada sisi positifnya saja," kata Trusov. Mengingat tenaga nuklir sangat efisien dan lebih ramah lingkungan dibandingkan sumber energi lainnya.

Baca juga, Sejarah Hari Ini: Bencana Besar, Reaktor Nuklir Chernobyl Meledak.

Menurutnya, saatnya dunia mengubah persepsi dan pandangan soal tenaga nuklir. Hal ini lah yang mendasari Pemerintah Belarusia untuk membangun reaktor nuklir dan pembangkit listrik tenaga nuklir. Belarus memulai program nuklir pada 2011.

Trusov mengatakan pembangkit di sana merupakan salah satu yang tercanggih dengan tingkat keamanan tinggi dan terinovatif. "Kami berharap bisa mulai mendapatkan hasil tenaga nuklir dengan total kapasitas 2.400 megawatt pada 2018," kata dia.

Denis mengatakan efek psikologis dari kecelakaan Chernobyl memang sangat besar pada penduduk. Dengan tingkat penerimaan masyarakat terhadap tenaga nuklir hanya sekitar 50-60 persen, pemerintah Belarus tetap berani membangun pembangkit.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement