Selasa 26 Apr 2016 18:58 WIB

BI Yakin Bisa Jaga Tren Inflasi di Pertengahan Tahun

Rep: C37/ Red: Nur Aini
Inflasi, ilustrasi
Foto: Pengertian-Definisi.Blogspot.com
Inflasi, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) optimistis target inflasi yang di kisaran empat plus minus satu persen akan tercapai meski memasuki pertengahan tahun, dimana tren inflasi cenderung tinggi.

Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juda Agung menjelaskan, meski di pertengahan tahun ini dihadapkan oleh Ramadan dan tahun ajaran sekolah baru, BI tetap dapat menjaga inflasi.

"Semua sudah kita hitung, dampak pas ramadhan, Lebaran, tahun ajaran yang inflasi dari sisi pendidikan, inflasi yang akan naik itu sudah kita hitung semua," ujar Juda Agung di Bank Indonesia, Jakarta, Selasa (26/4).

Sehingga target inflasi tersebut merupakan inflasi keseluruhan tahun yang telah dihitung berdasarkan proyeksi kondisi domestik maupun eksternal. Kendati begitu, ia tidak menampik jika perhitungan tersebut tidak setepat yang diproyeksikan.

"Kita sudah menghitung, pertama penurunan harga di bulan April, harga BBM yang menurut survei sampai dengan minggu ketiga di bulan April itu inflasi 0,33 persen, padahal perkiraan awal kita itu 0,37 persen di awal bulan. Masih sejalanlah," ujarnya.

BI juga telah menghitung tantangan inflasi dari harga pangan yang diperkirakan akan melonjak di Juli seperti tren tahun-tahun sebelumnya. Kenaikan inflasi di bulan tersebut diperkirakan kurang lebih sama dengan tahun lalu.

Di tahun lalu, daya beli masyarakat menurun. Meski pertumbuhan ekonomi mencapai lebih dari 5,2 persen, namun apabila gap antara suplai dan permintaan masih besar, akan tetap menyebabkan inflasi.

"Kalau melihat faktor utama inflasi, yaitu gap antara suplai dan demand (output gap) itu space-nya masih besar. Jadi walau ada pertumbuhan ekonomi 5,2-5,6 persen itu belum memberikan tekanan dari sisi demand," ujarnya.

Faktor penekan deflasi di bulan ini, kata Juda, berasal dari penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang menyebabkan turunnya biaya transportasi. Menurutnya deflasi ini terjadi bukan karena daya beli masyakarat yang menurun.

"Ini tidak mencerminkan daya beli masyarakat turun. Kita lihat survei konsumen positif, Indeks Keyakinan Konsumen terus naik. Murni shock dari penurunan harga BBM besar sekali," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement