REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat lingkungan perkotaan Ubaidillah mengatakan banjir di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya yang terjadi pada Kamis (21/4) lalu merupakan banjir terbesar di 2016 ini sejak musim penghujan pada Januari dan bulan Maret yang sebelumnya juga berdampak banjir. Untuk kategori kedalaman, banjir pada April tersebut mencapai kedalaman antara 20 hingga 100 centimeter di Pademangan, sementara banjir pada Maret lalu mencapai kedalaman 20 hingga hingga 1,5 meter di Cawang.
Banjir 2016 ini merupakan banjir terdalam setelah 2007. Pada 2007, banjir mencapai kedalaman 5 meter. Pada 2013, mencapai 100 hingga 120 centimeter yang terjadi di Jakarta Barat, kemudian pada 2015 banjir mencapai kedalaman 60 hingga 100 centimeter terutama di utara Jakarta. Pada tahun yang sama, 15 November, rata-rata kedalaman 50 hingga 100 centimeter terutama di Jakarta Timur. Pada 2016, banjir mencapai kedalaman 30 hingga 150 centimeter di Cawang.
Menurut alumni Universitas Negeri Jakarta (UNJ) itu, berdasarkan pantauan lapangan telah terjadi hujan lokal di Jakarta dengan intensitas sedang hingga tinggi dalam dua hari sejak Rabu hingga Kamis (20 hingga 21 April) yang berdampak banjir merata di seluruh kotamadya. Namun terpantau pada hari Jumat banjir telah surut. "Walau banjir surut, telah berdampak kemacetan lalu lintas dan memakan korban jiwa dua orang," kata Ubaidillah semalam (26/4).
Menurut Ubaidillah pada April ini, banjir cukup merata di sejumlah daerah ibu kota, sama seperti sebelumnya tahun 2015. Jakarta Utara, Timur, dan Selatan merupakan wilayah yang paling parah terkena dampak bencana tersebut dan diperkirakan musim penghujan di tahun ini masih akan berlangsung.