REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Kelompok hak asasi manusia Amnesty International menuduh pemerintah Mesir paranoia, setelah menangkap ratusan pengunjuk rasa dan wartawan. Mereka mengecam Mesir menghancurkan hak kebebasan berkumpul damai dan melanggar hak lainnya.
Dilansir Aljazirah, Wakil Direktur Amensty International untk Timur Tengah dan Afrika Utara Magdalena Mugharibi menuduh Mesir pada Selasa (26/4), menghancurkan kebebasan berkumpul secara damai dan melanggar hak-hak lainnya. Ini disampaikan setelah polisi menangkap lebih dari 300 orang termasuk 44 wartawan pada Senin (25/4).
"Pihak berwenang mengatakan mereka ingin memulihkan stabilitas dan keamanan, tapi paranoia mereka membuat titik buta dan menjadikan mereka tak mampu membedakan antara demonstrasi damai dan ancaman keamanan yang sesungguhnya," katanya.
Sekretaris Jenderal Persatuan Wartawan Mesir Gamal Abdul-Rahim mengatakan sembilan wartawan masih didalam penahanan Mesir pada Selasa. Committee to Protect Journalists (CPJ) juga mengutuk penangkapan wartawan. Mereka menambahkan Mesir merupakan negara kedua di dunia yang melakukan tindakan terburuk pada wartawan di 2015.
Pada Senin, kerusuhan menyebabkan polisi menembakkan gas air mata. Mereka kemudian memburu pengunjuk rasa dan menangkap mereka.