Rabu 27 Apr 2016 09:10 WIB

Bank Qatar Selidiki Bocornya Data Satu Juta Pelanggan

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Ani Nursalikah
Bank Nasional Qatar (QNB) selidiki kebocoran data satu juta pelanggannya.
Foto: reuters
Bank Nasional Qatar (QNB) selidiki kebocoran data satu juta pelanggannya.

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Kebocoran data besar membuat sebanyak satu juta warga Qatar rentan terhadap penipuan online. Beberapa staf media Al Jazirah dan bahkan mata-mata internasional juga menjadi korban kebocoran besar tersebut.

Dikumen harta dan file lain tampaknya bersumber dari Bank Nasional Qatar (QNB). Data tersebut berisi rincian perbankan dan data pribadi ratusan ribu orang. Bahkan keluarga kerajaan negara Teluk ini dianggap berisiko.

Nomor kartu kredit, tanggal kedaluwarsa dan kode PIN, bersama dengan nama dan alamat milik lebih dari 850 ribu orang termasuk dalam kebocoran. Serangkaian laporan disimpan sebagai file teks biasa tidak terenkripsi yang dapat menmbulkan kekhawatiran.

Sekitar 29 karyawan Al Jazirah, lebih dari 1.200 rinciannya tercantum dalam kebocoran. Mereka terdaftar dengan nama dan file bersi alamat email, website bank mereka, log-in, password, pertanyaan pengingat dan jawaban. Transfer bank internasional juga tercantum dalam kebocoran.

Dalam kategori folder laporan bank, perusahaan, keluarga yang berkuasa al-Thani, polisi dan organisasi pertahanan ada di dalam folder "Spy, Intelijen". Di dalamnya termasuk 12 pemegang rekening yang diidentifikasi bekerja untuk lembaga spionase, termasuk dua dari Prancis, dari Badan Intelijen Pertahanan Amerika Serikat dan satu dari MI6 Inggris.

Beberapa laporan ini termasuk yang diduga petugas MI6 tidak hanya berisi rincian perbankan tapi juga rincian pribadi termasuk profil Facebook. Dalam profil media sosial tersebut diketahui adanya istri, anak-anak dan foto-foto mereka. Setidaknya satu subjek mencatat nama sekolah anak mereka. Nomor kartu kredit dan biro keamanan negara juga tercantum.

Sumber kepada The New Arab, Selasa (26/4), mengatakan, kebocoran berasal dari data server lama pada 2011.

QNB secara tegas menolak laporan pelanggan berisiko. "Ini adalah kebijakan QNB Group tidak mengomentari laporan yang beredar melalui media sosial," katanya dalam sebuah pernyataan online.

QNB meyakinkan tidak ada dampak keuangan dari kliennya. Bank tersebut mengaku menempatkan prioritas tertinggi pada keamanan data dan menyebarkan langkah-langkah untuk mematikan integritas informasi pelanggan. "QNB selanjutnya menyelidiki masalah ini dalam koordinasi dengan semua pihak," lanjutnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement