REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga Kampung Pasar Ikan, RT 01/04, Penjaringan, Jakarta Utara, Edi (42 tahun), yang bertahan di posko kemanusiaan di atas puing-puing bangunan mengatakan mundurnya Wali Kota Jakarta Utara Rustam Effendi akibat banyaknya tekanan dari semua pihak.
"Mungkin dia merasa tertekan. Daripada dipecat (Ahok) tidak ada harga diri, lebih baik mengundurkan diri," kata dia, Rabu (26/4).
Edi menuturkan memang selain tekanan dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, tekanan dari warga juga tak kalah banyak. Bahkan, menurut dia, wartawan asing telah mendatangi tempat ini, jadi kemungkinan beritanya sampai internasional.
Dia menerangkan, pemimpin pembongkaran Pasar Ikan adalah Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Namun, pelaksananya adalah Wali Kota Jakarta Utara Rustam Effendi. "Seenaknya pimpinan atau Gubernur DKI menyalahkan Wali Kota Jakarta sebagai pelaksana. Namanya pelaksana, mau tidak mau harus mengikuti pimpinannya," kata dia.
Seperti diketahui, sebelumnya, Ahok mengatakan bahwa Rustam memiliki hubungan dengan bakal calon gubernur DKI Jakarta Yusril Ihza Mahendra sehingga membuat dirinya mengundurkan diri.
Harapan Edi, jika mundurnya Rustam karena hati nurani, Rustam diharapkan dapat mengunjungi warga korban pembongkaran dan membantu warga korban pembongkaran sesuai kemampuan dirinya.
Menurut dia, bekas wali kota pasti memiliki banyak relasi. Sehingga, Rustam diharapkan dapat menggerakkan mereka untuk memberikan bantuan. "Jika ingin minta maaf sedalam-dalamnya, ikutlah membantu ke sini, sampai akhir, atau menyatu dengan warga di sini," kata dia.