REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Lebih dari 280 sekolah telah rusak akibat gempa bumi yang mengguncang Ekuador pada 16 April, sehingga sebanyak 120 ribu anak untuk sementara tak bisa mengenyam pendidikan, kata Dana Anak PBB (UNICEF).
"Pendidikan adalah urat nadi kehidupan buat anak-anak yang melalui trauma akibat kekacauan dan kerusakan," kata Grant Leaity, Wakil UNICEF di Ekuador pada Selasa (26/4). "Itu membantu memberi merekan kegiatan rutin setiap hari dan rasa mengenai tujuan serta menempatkan mereka kembali di jalur pemulihan psikologi."
Gempa bumi tersebut, yang berkekuatan 7,8 pada Skala Richter, telah menewaskan sedikitnya 655 orang, melukai lebih dari 4.605, dan membuat 48 orang lagi hilang, sementara 29.067 orang mengungsi ke tempat penampungan, demikian perkiraan resmi terkini.
UNICEF mendukung upaya pemerintah untuk mengambilkan anak-anak ke bangku sekolah, terutama di daerah yang paling parah terpengaruh gempa --Muisne, Pedernales, Jama dan beberapa bagian Portoviejo, Manta serta Chone.
UNICEF akan mendirikan 50 tempat belajar sementara buat 20.000 anak serta membagikan pasokan sekolah buat 60.000 anak.
Lembaga bantuan dan pemerintah masih menilai seberapa besar kerusakan, kata Xinhua, Kekhawatiran mengenai gempa susulan mendorong warga untuk tidur di tempat terbuka, dan membuat mereka terpajan hujan lebat yang biasa terjadi selama musim saat ini.
UNICEF dan mitra kemanusiaannya memerlukan 23 juta dolar AS untuk menanggapi kebutuhan segera anak-anak akan air, kebersihan, pendidikan, perlindungan anak, kesehatan dan gizi selama tiga bulan ke depan.