REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Mayor Jenderal Abdul Rahman Kadir mengungkapkan radikalisme telah menyasar generasi muda.
"Pelaku radikalisme rata-rata kalangan muda. Pelaku serangan bom di berbagai tempat berusia antara 20 hingga 30 tahun," kata Rahman saat membuka dialog Pencegahan Paham Radikal Terorisme dan ISIS di Balai Diponegoro Kodam IV/ Diponegoro di Semarang, Kamis (28/4).
Ia mencontohkan pelaku penyerangan di Paris, Brussel, Lahore, serta teror di Thamrin Jakarta dilakukan oleh kalangan muda. Ia menyebut peran dunia maya dan media sosial cukup kuat dalam memengaruhi generasi muda hingga tersangkut dengan gerakan radikal.
"Situs radikal sudah ribuan jumlahnya," katanya.
Ia mengungkapkan banyak situs berkedok islam yang isinya ternyata memutarbalikkan fakta. Ia menuturkan salah satu kelompok radikal yang keberadaannya semakin mengkhawatirkan yakni ISIS.
Sebagai kekuatan teroris global yang baru, kata dia, ISIS juga menargetkan rekrutmen generasi muda. "Pola baru radikalisme, cerdas dalam memanfaatkan teknologi informasi sebagai alat propaganda," katanya.
Kuatnya pengaruh teknologi informasi terhadap perkembangan radikalisme juga diakui Direktur Pencagahan BNPT Brigadir Jenderal Hamidin. Menurut dia, saat ini terdapat 15 ribu situs berisi faham radikal.