REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom dari Universitas Gajah Mada (UGM) Tony Prasetiantono menilai rencana pemerintah mendorong perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit ke single digit tidak mungkin tercapai di tahun ini. Salah satu penyebabnya adalah struktur perbankan Indonesia yang memiliki jumlah bank sangat banyak.
"Itu tak masuk akal. Karena itu struktur industri perbankannya memang tidak memungkinkan. Jumlah banknya banyak, kecil-kecil, ya mereka rebutan likuditas, funding ya otomatis bunganya tinggi," jelas Tony saat ditemui di Bank Indonesia (BI), Kamis (28/4).
Menurutnya, butuh waktu beberapa tahun untuk suku bunga kredit dapat ke single digit. "Ya pasti beberapa tahun. Ini kan tiba-tiba, nggak bisa seperti itu. Kalau bisa 2-3 tahun sudah bagus," ujarnya.
Margin bunga bank, kata Tony, akan terus tertekan, sehingga bank harus kreatif mencari profit tidak dari margin tapi dari efisiensi bank. Caranya, kata Tony, bisa dengan memangkas berbagai pengeluaran dan skala ekonomi.
"Kalau skala usaha besar akan efisien sehingga bisa menurunkan suku bunga. Jadi dengan kata lain penurunan suku bunga single digit akhir tahun itu akan mentok karena struktur finansial kita tak mendukung itu," tuturnya.