REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rachmawati Soekarnoputri dan sekitar 200 mahasiswa Universitas Bung Karno (UBK) memberikan santunan kepada warga korban penggusuran di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara, Jumat (29/4).
Putri ketiga Presiden Sukarno itu mengunjungi warga yang berkumpul di Masjid Keramat Luar Batang bersama para rombongan yang membawa bantuan kemanusiaan berupa sembako, susu, mi instan, dan tim dokter untuk memfasilitasi pengobatan gratis.
Selain itu, ia juga menawarkan beasiswa bagi tiga anak Luar Batang yang ingin melanjutkan kuliah ke UBK. "Kami punya empati dan keprihatinan mendalam atas musibah yang dialami warga akibat perlakuan Pemprov Jakarta maupun pemerintah pusat yang sepertinya tidak memberikan perhatian khusus terhadap para korban penggusuran," ujar Rachmawati.
Warga korban penggusuran di Pasar Ikan dan Luar Batang memang kerap mendapat santunan dari para dermawan di Jakarta. Bahkan, di atas puing sisa pembongkaran di Pasar Ikan berdiri posko bantuan sosial. Sementara, Pemerintah Provinsi DKI sendiri tak melakukan apa-apa terhadap mereka.
Menurut Rachmawati, penggusuran yang dilakukan di Luar Batang pada 11 April lalu adalah bentuk kesewenang-wenangan pemerintah terhadap warga masyarakat. Penggusuran itu, kata dia, tanpa mengacu pada sebuah perencanaan yang jelas.
Pendiri UBK itu juga mempertanyakan visi-misi pemerintah yang berkuasa saat ini, Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Apakah benar, kata dia, pemerintah membela kepentingan rakyat atau justru mengutamakan kepentingan korporasi? "Harusnya kan dibuat masterplan dulu bagaimana, misalnya warga ini dibuatkan kampung nelayan yang bagus. Jangan main gusur begini," ungkap dia.
Pengurus Masjid Keramat Luar Batang Mansur Amin mengatakan, saat ini sekitar 200 warga korban penggusuran bernaung di dua tenda peleton pinjaman dari TNI Angkatan Laut yang didirikan di Kampung Akuarium dekat Pasar Ikan. "Tetapi jumlahnya fluktuatif, ya, kadang bisa sampai 300 atau 500 orang," ujar dia.
Menurut pengakuan warga, mereka kembali ke Kampung Luar Batang karena tidak lagi memiliki penghasilan sejak Pasar Ikan sebagai tempat mereka mencari nafkah digusur. Warga juga mengaku tidak mendapatkan tempat di rumah-rumah susun yang telah disiapkan Pemprov DKI sehingga mereka tidak punya pilihan selain kembali ke Luar Batang meski harus tinggal di tenda penampungan.
Menurut Mansur, dukungan dan bantuan terus berdatangan hampir setiap hari, terutama dari organisasi keagamaan seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Front Pembela Islam (FPI). "Bantuannya dalam berbagai bentuk, seperti sembako, obat-obatan, kebutuhan bayi, dan kebutuhan perempuan," kata dia.