REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah menilai perlu membangun mental jujur pada siswa saat melaksanakan ujian nasional karena masih ditemukan kecurangan dalam dua tahun terakhir.
"Sangat perlu untuk membangun mental siswa agar tidak melakukan kecurangan saat ujian nasional (UN), atau dalam hal apapun," kata Kepala Ombudsman Republik Indonesia (ORI) Perwakilan DIY-Jateng Budhi Masturi di Yogyakarta, Sabtu (30/4).
Menurut dia, dalam pelaksanaan UN 2016 tingkat SMA/MA/SMK beberapa waktu lalu temuan kecurangan siswa dalam mengerjakan soal UN masih ada.
"Hanya bentuknya berbeda dengan tahun lalu. Kalau tahun lalu di-'upload' di internet dan kemudian orang melihat, lalu men-'download'. Namun tahun ini memakai foto, soal UN difoto memakai 'smartphone' kemudian disiarkan di grup 'Line'," katanya.
Ia mengatakan para siswa yang masih melakukannya tersebut harus dimasuki strategi pembangunan mental yang baik agar jujur, fair, tak berlaku curang. "Tidak hanya saat belajar untuk lulus. Jadi harus ada pola strategi pembangunan mental yang baik," katanya.
Budhi mengatakan, hanya ditemukan kecurangan seperti tersebut, juga masih belum bisa dikatakan penyelenggaraan UN tahun ini lebih baik atau buruk dibandingkan sebelumnya. Namun, patut diapresiasi kendala lain hampir tidak ditemukan.
"Kendala seperti 'generator set' (genset) atau teknisi (komputer) hampir tidak ditemukan. Itu patut diapresiasi, tapi tidak bisa dibilang lebih baik atau lebih buruk," katanya.
Asisten ORI DIY Rifky Taufiqurrahman, menambahkan dalam proses pengusutan laporan kecurangan UN ini, setelah dirasa cukup dalam mengumpulkan data, akan dilaporkan ke tim pemantau pusat.
"Selanjutnya dari pusat akan diserahkan ke kementerian terkait, supaya ada pembenahan. Saran dan kesimpulan diberikan ke tim pemantau pusat," katanya.