REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi I DPR RI Tantowi Yahya mengimbau berbagai pihak di masyarakat untuk menggunakan media sosial dengan bijak agar tidak menjadi negatif dan bermanfaat dalam memberdayakan hal-hal positif.
"Meski mempunyai sisi positif, media sosial mempunyai sisi negatif," kata Tantowi Yahya dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu (30/4). Menurut Tantowi, bila seseorang sudah masuk ke dalam dunia media sosial sebaiknya jangan membawa perasaan karena dunia tersebut penuh dengan dinamika yang bersifat baik dan buruk.
Bila seseorang sudah terbawa perasaan, ujar dia, maka bisa berpotensi membuat orang enggan atau trauma dalam menggunakan media sosial.
Politisi Partai Golkar itu berpendapat bahwa media sosial merupakan "dunia yang terbelah" antara dunia yang nyata dan tidak nyata, seperti banyaknya isu-isu yang bermunculan yang berasal dari media sosial. Untuk itu, Tantowi mengemukakan sebaiknya media sosial dirangkul sebagai aset yang bisa digunakan untuk kepentingan rakyat karena sebagai sarana yang terbuka, media sosial dinilai juga telah ikut mengakselerasi perkembangan demokrasi di berbagai tempat.
Namun, lanjutnya, jangan sampai pula media sosial digunakan untuk membuat demokrasi tersumbat karena misalnya mereka yang menyuarakan kebenaran menjadi takut dalam menyuarakannya karena terus dirundung oleh pengguna media sosial lainnya.
Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyebutkan penggunaan internet mayoritas digunakan masyarakat untuk menikmati konten media sosial. "Pengguna internet di Indonesia dari data paling banyak mengunakan media sosial," kata Kepala Biro Humas Kemenkominfo Ismali Cawidu saat diskusi di Gedung Pertemuan Ilmiah Universitas Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (28/4).
Dalam forum literasi media dalam rangka mendukung revolusi mental untuk mewujudkan masyarakat berintegritas, Ismail mengatakan rata-rata hampir setiap hari penggunaan internet didominasi penggunaan medsos selebihnya konten lain.
Menurut dia, diperlukan literasi untuk memahami karakteristik media sosial sebab media sosial hadir di tengah-tegah ruang publik yang menjadi sumber daya terbatas.
"Perlu diketahui bahwa media sosial tidak ada yang gratis, dan memiliki ciri yang hukumnya berlaku dalam sama di kehidupan maya bahkan bisa menjadi jebakan. Hindari perbincangan politik dan SARA di medsos," ucapnya.