REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Momen hari buruh diharapkan dapat menjadikan hubugan yang sinergi antara pengusaha, buruh, dan pemerintah. Di mana, masing-masing pihak tidak hanya bicara untuk kepentingannya masing-masing.
‘‘Membangun itikad baik untuk bicara tentang ‘kita’, bukan hanya tentang ‘saya’ atau ‘kami’,’’ ujar Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kabupaten Sukabumi Ning Wahyu kepada Republika.co.id Ahad (1/5).
Dengan bicara kita lanjut dia maka akan lebih mengedepankan cara-cara komunikasi yang beretika dan solutif serta taat pada aturan. Peran pemerintah ujar Ning, secara konstruktif hadir diantara buruh dan pengusaha sesuai dengan ketentuan yang ada.
Sebelumnya, hubungan tripartit antara pengusaha, buruh dan pemerintah diakui dia kurang harmonis.Sehingga terang Ning, ke depan permasalahan buruh bukan lagi hanya bicara tentang pengusaha saja, atau buruh saja, atau pemerintah saja.
Hal ini untuk mewujudkan pemahaman yang lebih komprehensif dari masing-masing pihak tentang peta usaha di suatu daerah misalnya untuk menjawab mengapa masih ada outsourcing dan masalah lainnya.
"Saya juga ingin menyampaikan bahwa selama peraturan tentang outsourcing masih berlaku, maka outsourcing sendiri masih bisa dilakukan sesuai ketentuan tersebut,’’ cetus Ning.
Untuk saat ini lanjut dia semua pihak bisa bersinergi membantu para pencari kerja untuk mendapatkan pekerjaan dengan cara mudah. Selain itu kata Ning, para pengusaha dapat memberikan hak-hak buruh dengan baik dan bisa terus bertahan menjalankan usahanya.
Di sisi lain para buruh juga dapat terus meningkatkan kinerjanya. Hubungan ini ungkap Ning, dapat menumbuhkembangkan dunia usaha bersama-sama dengan pengusaha. Dari situlah sambung dia maka akan terwujud kesejahteraan kedua belah pihak.