Senin 02 May 2016 02:27 WIB

Petani Keluhkan Kesulitan Perolehan Pupuk Bersubsidi

Pupuk bersubsidi (ilustrasi)
Foto: ANTARA
Pupuk bersubsidi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Ratusan petani di berbagai wilayah di Cianjur, Jawa Barat, mengeluh karena kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi memasuki musim tanam ke dua.

"Setiap masuk musim tanam, pasokan pupuk bersubsidi di Cianjur selalu langka. Sehingga kami petani kecil selalu kesulitan, meskipun Pemerintah telah mengatur distribusinya," kata Sumarno (52) seorang petani di Kecamatan warungkondang, Ahad.

Dia dan ratusan petani di wilayah tersebut menuding langkanya pupuk bersubsidi pada musim tanam, akibat perilaku oknum distributor yang sengaja mengganti "baju" pupuk sehingga berubah fungsi menjadi pupuk non subsidi.

"Seharusnya ada upaya dari dinas terkait agar kelangkaan pupuk dapat teratasi dengan baik setiap musim tanam tiba. Harapan kami dinas menggandeng polisi untuk melakukan /sweeping ke distributor yang dianggap nakal dan melakukan penimbunan," katanya.

Masalah lain yang dirasakan petani menjelang musim tanam yakni anjloknya harga gabah pada musim panen pada bulan Maret. Dimana petani menjual gabahnya Rp 3.700 per kilogram, meskipun tiga bulan sebelumnya, gabah basah ditingkat petani dihargai Rp 5.000 per kilogram.

"Ini juga karena pupuk yang disebar ketika musim tanam minim, sehingga gabah yang dihasilkan banyak yang kosong, dari 1 kuintal gabah, hanya menghasilkan 40 kilogram beras. Sehingga panen pertama harga gabah menjadi sangat murah," katanya.

Murahnya harga gabah, membuat petani merugi karena biaya operasional tidak tertutupi dengan uang hasil penjualan gabah.

"Biaya traktor, biaya pupuk dan biaya pekerja, belum kalau panen biayanya juga cukup mahal. Pekerja lelaki upahnya Rp 50 ribu sehari, kalau perempuan Rp 40 ribu," katanya.

Dia menambahkan, untuk 1 hektare lahan sawah menghasilkan 6 ton padi senilai Rp 18 juta. Dipotong biaya produksi Rp 10 juta.

"Sisanya Rp 8 juta, buat modal menanam lagi juga tidak cukup," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement