Senin 02 May 2016 12:46 WIB

Taufik Ismail Sebut Ideologi Komunis Bunuh 4.500 Orang Tiap Hari

Rep: Umi Nur Fadilah/ Red: Bilal Ramadhan
Sastrawan Taufik Ismail.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Sastrawan Taufik Ismail.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Budayawan senior Taufik Ismail membeberkan, kekejaman komunisme menyebabkan terbunuhnya sekira 4.500 orang setiap harinya.

"Para peneliti ilmu politik dan sosial pernah meneliti ideologi sesudah komunisme jatuh. Ideologi ini, membunuh 120 juta orang dalam 74 tahun di 76 negara. Artinya, sekitar 4.500 manusia tewas setiap hari," kata Taufik dalam Audiensi Tim Anti Komunis dengan DPR RI di Kompleks Parlemen Jakarta, Senin (2/5).

Ia menyebut, di dunia internasional ideologi komunis sudah tidak laku. Sebab, komunisme telah bangkrut. Sekira 50 tahun lalu, Taufik mengatakan, Indonesia menyikapi komunisme dengan melarang perkembangannya di nusantara.

Taufik menjelaskan, komunisme ada di 76 negara. Ideologi ini berhasil mengkudeta 28 negara. Sebanyak 24 dari 28 negara itu, ideologi komunis bangkrut. "Seperti kartu domino yang disusun di meja kemudian ditiup angin, di 24 negara itu berantakan," ujar Taufik.

Taufik menyebut, klimaksnya yakni pada 1998, saat itu Presiden Uni Soviet Boris Yeltsin, mengumumkan hal yang menggoncang dunia. Ia membubarkan partai komunis tertua yang pernah diketuainya. Kata Taufik, Yeltsin menyebut ideologi komunis sudah tidak laku di dunia.

Sementara di Indonesia, Taufik berujar, pada abad ke-21, komunisme terus bergerak di 'bawah tanah'. Menurutnya, pergerakan komunis tersebut menunjukkan adanya keinginan dari ideologi itu yang ingin bangkit. Salah satunya, dengan mencetak buku-buku lama yang memuat ideologi komunis.

Taufik menyebut, acara simposium nasional bertema 'Membedah Tragedi 1965 Pendekatan Kesejarahan' pada 18-19 April lalu yang diadakan pemerintah, harua menjadi pembelajaran tentang ideologi komunisme di Indonesia. "Simposium lalu, seharusnya jadi pelajaran kita untuk lawan semua," imbuhnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement