Selasa 03 May 2016 11:20 WIB

Buntut Lemah Koordinasi, Muncul Saling Klaim Pembebasan Sandera

Rep: Wisnu Aji Prasetiyo/ Red: Esthi Maharani
Sepuluh orang Warga Negara Indonesia (WNI) yang telah dibebaskan kelompok teroris Abu Sayyaf tiba di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Ahad (1/5) malam.
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Sepuluh orang Warga Negara Indonesia (WNI) yang telah dibebaskan kelompok teroris Abu Sayyaf tiba di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Ahad (1/5) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga Negara Indonesia (WNI) yang jadi sandera kelompok Abu Sayyaf berhasil bebas. Namun, keberhasilan itu pun diklaim sejumlah pihak bahkan telah menjadi polemik.

Pengamat terorisme, Zaki Mubarok mengatakan terlepas dari banyaknya pro kontra, pembebasan 10 sandera patut disyukuri. Apalagi beberapa hari sebelumnya satu orang sandera warga negara Kanada telah dipenggal kepalanya.

Namun, adanya saling klaim keberhasilan itu dinilainya merupakan buntut dari ketidakjelasan pemerintah soal siapa saja anggota tim yang  terlibat dalam pembebasan.

"Apakah tim itu mewakili pemerintah atau tidak. Misalnya timnya pak Surya paloh, itu tim swasta atau mewakili pemerintah? Demikian pula dengan keterlibatan Kivlan Zein," kata Zaki saat dihubungi, Selasa (3/5).

(Baca juga: Sikap Tertutup Pemerintah Soal Sandera Abu Sayyaf Bisa Dimaklumi)

Bila negosiasi hasil dari kerja resmi tim yg dibuat pemerintah, menurut Zaki, harusnya cukup menggunakan satu juru bicara.

"Cukup Menteri Luar Negeri (Menlu), jangan semua tampil di publik," ujar Zaki.

Zaki menambahkan, karena informasi yang serba tidak jelas tersebut, maka timbul klaim-klaim seperti saat ini. Menurut dia, kejadian tersebut  menunjukkan tidak adanya rantai koordinasi yang  jelas diantara mereka yang terlibat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement