REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tersangka kasus korupsi dana hibah Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur La Nyalla Matalitti dikabarkan dideportasi dari Singapura.
Pengamat sepak bola Indonesia, Budiarto Shambazy, berpendapat, jika La Nyalla dipulangkan ke Tanah Air karena dideportasi maka sudah selayaknya ia meletakkan jabatan sebagai Ketua PSSI.
"Kalau secara moral, sudah tidak bisa dipercaya lagi dia memimpin PSSI dengan statusnya saat ini," kata Budiarto kepada Republika.co.id, Selasa (3/5).
Dengan posisi La Nyalla sebagai tersangka, kemudian masuk dalam DPO (daftar pencarian orang) oleh polisi karena kabur ke Singapura, menurut dia, itu sudah memenuhi syarat kemunduran La Nyalla. "Ini yang terbaik, buat PSSI, klub, Pak La Nyalla sendiri, dan persepakbolaan Indonesia," ujarnya.
Ini harus jadi pertimbangan para pengacara La Nyalla. Namun, kalau ia tidak mau mundur, masalah persepakbolaan kita akan semakin bertele-tele. Sebab, kita tahu, masalah moral tentu berbeda dengan hukum.
Kalau La Nyalla masih ngotot menunggu proses hukumnya kemudian menunggu keputusan dari pengadilan, tentu ini akan sangat lama dan berdampak semakin buruk bagi PSSI dan klub-klub di persepakbolaan Tanah Air.
Sebelumnya, beredar kabar Ketua PSSI itu tertangkap dan berhasil dideportasi ke Indonesia hingga ditangani oleh kejaksaan Selasa, (3/5) siang. Namun, kabar tersebut dibantah pengacara La Nyalla, Aristo Pangaribuan.