REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Wajah Nurcahya Ningsih (48 tahun) tampak tegar. Meskipun dirundung duka, tak sedikit pun ia meneteskan air mata. Kecuali saat bertemu dengan dosen dan kawan-kawan kuliah putrinya, Feby Kurnia (19), mahasiswi Universitas Gajah Mada yang ditemukan tewas di toilet kampus.
"Sejak Jumat (28/4) saya memang sudah curiga. Feby membalas sms dengan cara yang berbeda," tutur ibu tiga anak itu saat ditemui di RSUP Dr. Sardjito, Selasa (3/5). Menurutnya, ada beberapa perubahan gaya penulisan dalam pesan singkat yang dikirim Feby sejak pekan lalu.
Jumat itu, sms dari nomor Feby menggunakan kalimat yang panjang. Padahal, biasanya mahasiswi Jurusan Fisika, FMIPA UGM itu membalas sms dengan kalimat yang singkat. Selain itu, penyebutan untuk namanya sendiri juga berbeda. Biasanya Feby menyebut diri dengan kata "Feby". Sementara dalam sms yang diterima Nurcahya menjadi "Bi".
Keganjilan tersebut membuatnya curiga. Ia merasa ada orang lain yang membalas semua sms-nya kepada Feby. "Yang balas sms itu bukan anak saya. Saya yakin itu. Terakhir saya hubungi Jumat jam 12. Sekarang sudah tidak bisa. Makanya Sabtu (29/4) kemarin saya pergi ke Yogyakarta untuk mengecek kondisi Feby langsung," tutur Nurcahya.
Sampai saat ini, telepon Feby belum ditemukan. Berbeda dengan motornya yang terparkir sejak Sabtu pagi di Terminal Giwangan.
Sang ibu menjelaskan, anak pertamanya itu telah menghilang sejak Kamis (27/4). Awalnya, Feby berangkat ke kampus pukul 07.00 seperti biasa. Namun sampai malam dan hari berikutnya, tidak pulang juga. Karena itu, sepupunya mengajukan laporan orang hilang ke Polsek Mlati.
Nurcahya masih belum mempercayai, anaknya akan meninggal dengan kondisi seperti itu. Pasalnya, Feby tidak pernah memiliki masalah dengan orang lain. Bahkan, ia dikenal sebagai gadis yang ramah dan berprestasi. "Anak saya juga tidak pernah memiliki hubungan dekat dengan pria manapun. Dia tidak pacaran," kata perempuan yang tinggal di Komplek Nusajaya Blok A14 No 13, Sepanas, Batam itu.