REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sukuk Indonesia berdenominasi valuta asing (valas) masih disambut baik investor Timur Tengah. Selain prospek ekonomi, hal ini menunjukkan fatwa seputar keuangan syariah Indonesia bisa diterima.
Direktur Pembiayaan Syariah Direktorat Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko Kementerian Keuangan Suminto mengatakan, potensi investor Timur Tengah pada sukuk negara Indonesia terbilang bagus. ''Sejauh ini penerimaannya sangat baik. Selain kepercayaan prospek ekonomi, juga struktur instrumen keuangan syariah termasuk fatwa,'' ungkap Suminto dalam forum The 55th International ACI Congress akhir pekan lalu.
Secara global, sukuk negara Indonesia kini yang terbesar. Total penerbitan sukuk negara Indonesia kini mencapai 10,15 miliar dolar AS dengan outstanding 9,5 miliar dolar AS. Penyerap paling banyak adalah investor Timur Tengah.
Pada 2015, Pemerintah Indonesia menerbitkan sukuk dua miliar dolar AS dimana 41 persen pemegangnya adalah investor Timur Tengah. Pun sukuk dual tranche senilai 2,5 miliar dolar AS yang terbit pada 2016.
Sebanyak 42 persen investor dari total investor pemegang sukuk negara bertenor lima tahun adalah investor Timur Tengah dan 28 persen dari total investor pemegang sukuk negara bertenor 10 tahun adalah investor Timur Tengah. Namun, partisipasi investor Timur Tengah dalam sukuk berdenominasi rupiah belum terlalu besar.