REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bakal calon ketua umum Partai Golkar,; Ade Komaruddin (Akom) mengaku belum membayar iuran musyawarah nasional luar biasa (munaslub) senilai Rp 1 miliar. Ia beralasan masih mengumpulkan dana sumbangan dari sejumlah loyalisnya.
"Kami sedang mengumpulkan bantuan juga, ada yang membantu Rp 10 juta, Rp 5 juta. Kami konsultasikan itu dan menunggu konfirmasi panitia pengarah kepada Komisi Pemberantasan Korupsi apakah (bantuan) bisa dibenarkan," ujarnya seusai mendaftarkan diri sebagai bakal calon Ketua Umum Golkar di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Rabu (4/5).
Sebelumnya keputusan pembebanan iuran Rp 1 miliar kepada bakal caketum Golkar diperbincangkan sejumlah pihak karena dikhawatirkan termasuk praktik transaksional. Namun Ketua Panitia Pengarah Munaslub Golkar Rambe Kamarul Zaman menyatakan hal itu sudah dikonsultasikan dengan KPK dan bukan merupakan praktik transaksional karena diatur dalam anggaran dasar dan rumah tangga partai.
Hanya saja, kata Rambe, KPK berwenang mengusut segala sumber uang yang digunakan untuk iuran tersebut jika berpotensi hasil korupsi atau merugikan negara.
Akom menyatakan, sebagai warga negara yang baik ia harus patuh terhadap Pancasila dan ketentuan perundang-undangan. Namun di sisi lain sebagai kader Golkar dirinya harus patuh kepada ketentuan partai.
"Jadi saya menunggu konsultasi panitia pengarah dengan pihak berwenang apakah dari segi hal itu (bantuan) dibenarkan atau tidak," kata Akom.
Sebelumnya sejumlah bakal caketum Golkar juga mendaftarkan diri di Kantor DPP Golkar, antara lain Aziz Syamsuddin pada Selasa (3/5), dan Mahyudin, Setya Novanto pada Rabu hari ini. Berdasarkan informasi Rambe Kamarul Zaman, sejumlah bakal calon akan terus berdatangan untuk mendaftarkan diri hingga pendaftaran ditutup pukul 24.00 WIB.
Munaslub Golkar akan digelar di Bali pada 15-17 Mei 2016 dengan masa pendaftaran bakal caketum Golkar dibuka Selasa (3/5) hingga Rabu hari ini. Para bakal caketum yang disebut akan maju antara lain, Ade Komaruddin, Airlangga Hartarto, Aziz Syamsuddin, Hutomo Mandala Putra, Indra Bambang Utoyo, Mahyudin, Priyo Budi Santoso, Setya Novanto, Syahrul Yasin Limpo, dan Wati Amir.