REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli menegaskan bahwa kehidupan nelayan harus lebih baik di tengah proyek reklamasi yang cenderung merugikan nelayan.
"Nelayan Angke ini sudah empat kali digusur, masak digusur lagi. Nelayan kita punya hak untuk itu, apalagi kehidupan nelayan di Indonesia termasuk yang paling miskin," katanya saat menerima keluhan nelayan Muara Angke di Jakarta Utara, Rabu (4/5).
Rizal bersama Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menerima keluhan para nelayan Muara Angke saat berkunjung ke Tempat Pelelangan Ikan Muara Angke. Dalam pertemuan dengan puluhan nelayan, kedua menteri itu menerima banyak keluhan terutama akibat proyek reklamasi Teluk Jakarta.
Dalam pertemuan selama 60 menit itu, Rizal sempat naik pitam hingga menggebrak meja lantaran nelayan mengeluhkan akses sekitar Pulau G yang ditutup. Pulau G merupakan salah satu pulau yang dikembangkan PT Muara Wisesa Samudera, anak usaha PT Agung Podomoro Land Tbk.
"Saya pingin tahu siapa yang sok jago di sini? Bilang sama Podomoro jangan ada yang sok jagoan di sini. Saya tidak peduli siapa," ujarnya.
Disambut riuhan nelayan, Rizal mengatakan Republik Indonesia didirikan untuk semua rakyat, bukan orang per orang sehingga nelayan pun berhak mendapatkan akses. "Saya minta, kalau betul Podomoro, mereka harus menerima tim pengawas karena moratorium ini sudah diberlakukan," katanya.