Rabu 04 May 2016 18:27 WIB

ACT Fokus Bantu Rakyat Suriah Lewat Pangan dan Medis

Rep: Rossi Handayani / Red: Achmad Syalaby
 Seorang anak pengungsi Suriah diselimuti blanket thermal di Yunani.  (REUTERS/Yannis Behrakis)
Seorang anak pengungsi Suriah diselimuti blanket thermal di Yunani. (REUTERS/Yannis Behrakis)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA — Suriah masih diwarnai serangan rudal udara dan bom yang jatuh ke tengah warga sipil terutama di Aleppo, Suriah. Serangan tersebut menyasar kepada fasilitas publik dengan dalih memadamkan pemberontakan sipil menjadi pembenar rezim. 

Lembaga kemanusiaan, Aksi Cepat Tanggap (ACT) kembali terpanggil mengirimkan Tim Sympathy of Solidarity (SOS) Syria gelombang ke tujuh, sejak krisis terjadi lima tahun silam. Presiden ACT, Ahyudin mengatakan, masyarakat Indonesia sesungguhnya masyhur sebagai bangsa pecinta damai yang hidup dengan nilai-nilai luhur kemanusiaan. 

"Kita akan terlibat khusus untuk medis dan pangan yang menjadi prioritas bantuan kita. ACT akan terlibat mengelola di camp-camp pengungsian. Baik di perbatasan maupun jauh di dalam Suriah," kata Ahyudin di Jakarta, Rabu (4/5). 

Adapun Aleppo merupakan kota paling utara dan menjadi salah satu yang terbesar di Suriah. Gempuran dari rezim Assad berkilah bahwa bombardir Aleppo sengaja dilakukan untuk merebut kembali kota terbesar, dari kontrol pihak oposisi yang menentang pemerintahannya. 

Belasan ribu keluarga sipil Aleppo kini tengah terjebak dalam gempuran perang. Data dari UNHCR pada April 2016, jumlah orang yang tewas akibat konflik di Suriah mencapai 10.381 orang, sedangkan jumlah pengungsi yang tersebar di beberapa negara mencapai 4,8 juta orang dengan rincian di Turki 2,7 juta, Lebanon 1,05 juta, Yordania 642 ribu jiwa, Irak 246 ribu jiwa, Mesir 119 ribu jiwa, Afrika Utara 29 ribu dan Eropa 972 ribu jiwa. 

ACT akan menyalurkan bantuan awal sebesar Rp 1 miliar dalam bentuk pangan, obat-obatan serta kebutuhan darurat lainnya secara bertahap. Bentuk bantuan yang diberikan masyarakat Indonesia yakni, tepung, susu anak, makanan matang dan kayu bakar. Bentuk ini dipilih karena mereka begitu membutuhkannya, sebab sebelumnya mereka terpaksa bertahan dengan memakan apa saja yang ada. 

Senior vice president global Philanhropy and communications, N. Imam Akbari mengungkapkan, masyarakat dunia seharusnya menjadikan keadaan penderitaan rakyat Suriah menjadi subjek isu kemanusiaan yang paling utama. Sebab jumlah korban begitu banyak, dan kemungkinan perdamaian masih begitu jauh. 

"Sejak 2011 sampai kini ACT konsisten untuk membantu, tidak hanya muslim dan tidak hanya Indonesia, tapi juga dunia," ujar Imam. 

Tim SOS Syria-ACT ke tujuh mempercayakan Senior Vice President ACT, Syuhelmaidi Syukur sebagai tim leader, didampingi Yusnirsyah Sirin dan Andika Rachman. Pekan ini tim akan bertolak menyalurkan bantuan untuk pengungsi dan korban serangan. 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement