REPUBLIKA.CO.ID, SIMALUNGUN -- Seribuan ton ikan yang dibudidayakan petani Keramba Jaring Apung (KJA) di perairan Danau Toba, tepatnya di wilayah kecamatan Haranggaol, Simalungun, Sumut mati mendadak. Kejadian ini membuat para petani rugi hingga puluhan miliaran rupiah.
"Yang sudah kami keluarkan dan dibuang 800 ton, itu hanya hari ini saja. Masih banyak ikan mati yang belum diangkat," kata salah seorang petani KJA, Hasudungan Siallagan (45) kepada Republika.co.id, Rabu (4/5).
Laki-laki yang biasa disapa Sudung ini mengatakan, tanda-tanda kematian ikan sebenarnya sudah muncul sejak dua pekan lalu. Namun, saat itu, para petani ikan belum terlalu menyadari fenomena tersebut. Kematian ikan jenis nila dan mas, lanjutnya, secara massal mulai terjadi sejak dua hari lalu.
"Dari penelitian kami tadi malam, kebetulan kami dipandu oleh PT Mabar, penyebabnya karena air kurang oksigen. Oksigen drop karena cuaca. Kita tidak boleh mengatakan disengaja karena dari penelitian penyebabnya cuaca," ujar Sudung.
Akibat kejadian ini, Sudung menyebut, para petani keramba mengalami kerugian hingga puluhan miliaran rupiah. Angka ini dengan asumsi seribu ton ikan di keramba yang mati. "Hari ini saja yang sudah dibuang 800 ton, itu dikali Rp23.500 per kilogram. Itulah yang sudah terangkut. Yang belum terangkut masih banyak lagi," ujarnya.
Menurut Sudung, sejumlah unsur pemerintahan telah turun ke lokasi untuk melihat situasi dan kondisi serta mengambil sampel untuk penelitian. Namun, sejauh ini, belum ada bantuan yang diberikan kepada para petani ikan yang terdampak.
Sudung sendiri mengaku memiliki 50 lubang keramba ikan. Seluruh keramba ikan miliknya ikut terkena fenomena alam ini dan mati.
Baca juga, Ikan di Danau Maninjau Mati Mendadak.