REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon Ketua Umum DPP Partai Golongan Karya (Golkar) Setya Novanto memaparkan sejumlah rencana kerja mendasar apabila terpilih menjadi pimpinan partai tersebut.
"Situasi sekarang mendorong Golkar untuk melakukan sejumlah perubahan mendasar. Pertama, kami lakukan konsolidasi total dari pusat hingga daerah," katanya, Rabu (4/5).
Kedua, Novanto akan memperkuat jaringan dan memberikan peran kerja pada dewan perwakilan tingkat I dan II sehingga mampu mendukung dan berkontribusi bersama pemerintah.
"Dulu sejarahnya 'kan memang dibentuk untuk pemerintah. Maka, dalam kondisi sekarang pun akan kami bangun kekuatan dan memperbesar fungsi di tingkat bawah," katanya.
Menyinggung kaderisasi, Ketua Fraksi Partai Golkar DPR RI itu memandang perlu ada sebuah lembaga atau badan tersendiri yang mengurusi kaderisasi untuk partai tersebut. Lembaga tersebut juga harus melakukan program penelitian dan pengembangan (litbang) terhadap kader-kader yang berpotensi untuk dimajukan pada Pemilihan Kepala Daerah 2017 hingga Pemilihan Umum 2019.
Menurut Novanto, upaya penyelamatan tersebut harus dilakukan mengingat menurunnya kinerja partai tersebut usai mengalami perpecahan internal pada kubu Aburizal Bakrie dan kubu Agung Laksono.
Saat melakukan pendaftaran sebagai kandidat Ketua Umum DPP Golkar pada hari yang sama, Novanto menyatakan akan membawa Golkar menjadi partai pendukung pemerintah jika sukses dalam Munaslub Golkar nanti.
Munaslub Partai Golkar akan digelar di Bali pada tanggal 15 sampai dengan 17 Mei 2016 dengan masa pendaftaran bakal calon Ketua Umum Golkar dibuka Selasa (3/5) hingga Rabu. Para bakal calon ketua umum yang disebut akan maju, antara lain Ade Komaruddin, Airlangga Hartarto, Aziz Syamsuddin, Hutomo Mandala Putra(Tommy), Indra Bambang Utoyo, Mahyudin, Priyo Budi Santoso, Setya Novanto, Syahrul Yasin Limpo, dan Wati Amir.