Kamis 05 May 2016 15:59 WIB

Jokowi: Lokasi 4 WNI Sandera Abu Sayyaf Diketahui

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Nur Aini
Gerilyawan Abu Sayyaf.
Foto: historycommons.org
Gerilyawan Abu Sayyaf.

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA --  Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan lokasi empat warga negara Indonesia (WNI) yang disandera di wilayah Filipina, sudah diketahui. Saat ini tim negosiasi dari Indonesia sudah mulai membangun komunikasi dengan penyandera.

‘’Yang jelas lokasinya sudah kita ketahui, di pulau mana. Hanya paksi (kelompok)nya berbeda dengan yang (menculik) kemarin. Setelah diketahui lokasinya segera ditindaklanjuti dengan membangun komunikasi dengan penyandera," ujar Presiden Joko Widodo di sela pertemuan Trilateral Indonesia-Malaysia-Filipina di Gedung Agung Yogyakarta, Kamis (5/5).

Meskipun demikian, kata dia,  untuk membangun komunikasi tidaklah mudah. Belajar dari proses pembebesan 10 sandera WNI yang kemarin , komunikasinya juga lama dan sangat sulit.

Sementara itu Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengatakan terus memantau perkembangan empat sandera WNI, termasuk posisi dan kelompok mana yang memegang. Kemenlu terus meningkatkan koordinasi pelepasan empat sandera. ‘’Komunikasi bilateral dengan Menlu Filipina terus ditingkatkan dalam kerja sama pelepasan empat WNI,’’ tuturnya.

Supaya kasus serupa tidak terulang, Indonesia mengambil inisiatif untuk menyelenggarakan forum kerja sama tiga negara Indonesia-Malaysia-Filipina, dalam penanganan keamanan wilayah .

Dalam pertemuan trilateral tersebut, Indonesia diwakili oleh Menlu Retno Marsudi serta Panglima TNI Gatot Nurmantyo. Malaysia mengirim Menteri Luar Negeri Dato’ Sri Anifah Aman dan Panglima Angkatan Bersenjata Tan Sri Dato’ Sri (DR) Jenderal Zulkifeli Mohd. Zin. Sedangkan Filipina mengirim Menteri Luar Negeri Jose Rene D. Almendras dan Vice Admiral Caesar C Taccad.

Menurut Retno, wilayah perairan di tiga negara tersebut memiliki peran strategis untuk negara masing-masing. Retno menyebutkan, di perairan tersebut terdapat sekitar 500 spesies koral dan 2.500 spesies laut. Belum lagi data nilai perdagangan selama 2009-2013 di wilayah tersebut yang meningkat 70 persen atau mencapai sekitar 166 milyar dollar AS. ‘’Kasus penyanderaan kapal di wilayah laut tersebut menjadi tantangan bagi tiga negara untuk menjawabnya, ‘’ kata mantan Dubes RI di Belanda tersebut.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement