REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG -- Pekerja di Jawa Tengah masih didominasi lulusan sekolah dasar ke bawah dengan persentase sebesar 51,97 persen.
"Kalau berbicara jangka panjang, kondisi ketenagakerjaan di Jawa Tengah menggambarkan masih banyak pekerja lulusan SD karena struktur penduduknya masih banyak yang lulusan ini dibandingkan dengan lulusan perguruan tinggi maupun level pendidikan yang lain," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah Margo Yuwono di Semarang, Jumat (6/5).
Jumlah tersebut banyak karena penduduk dengan latar belakang pendidikan SD atau ke bawah cenderung tidak memilih dalam mencari pekerjaan. Berbeda dengan lulusan perguruan tinggi yang lebih memilih pekerjaan yang ingin digeluti. "Dengan kondisi ini berarti produktivitas pekerja masih rendah, yang itu pasti tingkat kesejahteraan juga rendah. Efeknya, upah akan mengikuti," katanya.
Margo mengatakan, kebanyakan para pekerja dengan lulusan SD ini bekerja di sektor informal. Biasanya, pekerjaan di sektor formal tidak dapat menyerap mereka, selanjutnya mereka hanya akan bekerja di sektor informal, salah satunya usaha kecil dan menengah (UKM). "Dampaknya, hasil kerja mereka akan berpengaruh terhadap rendahnya daya saing. Oleh karena itu, Pemerintah perlu melakukan sejumlah upaya, salah satunya program kemitraan," katanya.
Soal kerja sama kemitraan, salah satu yang bisa dilakukan adalah program kemitraan antar-usaha skala besar dengan mikro. "Tujuannya adalah sektor usaha ini bisa tumbuh bersama-sama. Salah satu teknisnya adalah sebagian pekerjaan dikerjakan bersama antara perusahaan besar dengan kecil. Dengan begitu mereka akan tumbuh bersama," katanya.
Sebelumnya, BPS merilis, hingga bulan Februari 2016 jumlah penduduk yang bekerja di Jawa Tengah sebesar 17,16 juta orang. Jumlah tersebut bertambah sekitar 727 ribu orang dibandingkan dengan keadaan pada Agustus 2015 dan berkurang sekitar 160 ribu orang dibandingkan pada Februari.