Ahad 08 May 2016 17:25 WIB

Syahrul Yasin Nyatakan Jadi Ketum Golkar Bukan Prioritasnya

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Bayu Hermawan
Bakal Calon Ketua Umum Partai Golkar Syahrul Yasin Limpo saat berbicara kepada media di Jakarta, Ahad (8/5). (Republika/Tahta Aidilla )
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Bakal Calon Ketua Umum Partai Golkar Syahrul Yasin Limpo saat berbicara kepada media di Jakarta, Ahad (8/5). (Republika/Tahta Aidilla )

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Syahrul Yasin Limpo akhirnya lolos sebagai salah satu calon ketua umum (Caketum) Partai Golkar. Meski begitu, ia menilai menjadi ketua umum bukanlah prioritas, sebab baginya yang terpenting adalah mengawal serta menghentikan permainan uang dalam proses musyawarah luar biasa (Munaslub).

"Masalah menang atau kalah bukan yang penting, masalah Ketum adalah kesekian kalinya, bukan yang utama. Tapi paling penting kita mampu menghadirkan peringatan-peringatan bahwa bentuk distrosi terkait rekruitmen di sekitar kita minimal tidak dibudayakan," katanya di Jakarta, Ahad (8/5).

Menurutnya yang terpenting adalah bagaimana mengakhiri praktik politik uang dalam proses rekruitmen calon ketua umum Partai Golkar. Ia pun menilai positif dan maju langkah steering committe (SC) yang telah meloloskannya sebagai Caketum meskipun tanpa memberikan setoran uang Rp 1 miliar.

"Di dalam Munaslub ini paling tidak menjadi simbol masalah-masalah uang dan bentuk distorsi telah kita awali untuk kita hentikan. Cara-cara yang tidak tepat sponsori uang kita akhiri dan ini prosesnya," ujarnya.

Lebih lanjut, ia berharap pelaksanaan Munaslub Golkar dapat berjalan baik dan prosesnya dapat menjadi pembelajaran politik. Syahrul mengatakan, tugas utamanya yakni mengawal berjalannya Munaslub agar tidak melibatkan politik uang.

Menurutnya, terdapat tiga hal dari partai politik yang harus tetap dijaga. Pertama, sistem rekruitmen dalam kepemimpinan sebuah partai politik.

"Tidak boleh diawali dengan cara-cara yang bisa membudayakan dan melegitimasi stigma bahwa terjadi proses-proses dan bentuk-bentuk uang dan lain-lain. Saat ini Golkar membuktikan mau melangkah lebih baik," jelasnya.

Kedua, partai politik harus peduli dan memperjuangkan kepentingan rakyat. Dan ketiga, partai politik harus dapat menjaga norma politik sehingga dapat menjadi budaya berpolitik yang baik.

"Pembudayaan politik dimulai dari parpol dan tidak hanya Golkar. Kita berharap semua parpol harus menjadi kekuatan dan pilar untuk menjaga norma parpol dengan baik dan benar," ucapnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement