REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota DPD RI asal DKI AM Fatwa mengakui ancaman yang dialamatkan kepadanya melalui pesan singkat pada Jumat (6/5) lalu, terjadi setelah beberapa kali ia mengkritik kebijakan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok atas rencana penggusuran Luar Batang.
Sebab diakuinya, sebelum ia membuat pernyataan terkait penggusuran Luar Batang, tidak pernah ada teror dan ancaman pesan singkat kepadanya. Bahkan ketika ada benturan kepentingan yang cukup keras di DPD sekalipun, tidak pernah ada ancaman teror seperti itu.
Kritik AM Fatwa terhadap Ahok tersebut di antaranya kekhawatiran, penggusuran di Luar Batang akan memunculkan perlawanan yang cukup keras dari masyarakat sekitar. Bahkan ia mengingatkan Ahok potensi peristiwa Priok akan kembali terulang.
"Memang saya menyadari pernyataan dan kecaman saya terkait rencana pembongkaran rumah warga di Luar Batang cukup keras," kata dia kepada Republika.co.id, Senin (9/5).
Tokoh dari tragedi Tanjung Priok 1984 ini cemas, bila penggusuran di Luar Batang melibatkan personel TNI, mendapatkan perlawanan dari warga. Karena itu, ia telah mengirimkan surat kepada Menteri Pertahanan Ryamizard Ryucudu agar memperhitungkan perlawanan rakyat ketika melibatkan TNI dalam penggusuran nanti.
Ia mengatakan saat ini suasana di Luar Batang masih belum stabil. Ini ia rasakan setelah beberapa kali mengunjungi kawasan tersebut pekan lalu. Terutama setelah kedatangan Sekda DKI Saefullah tempo hari, yang mendapatkan pengusiran dari warga.
"Bila pejabat pemerintah provinsi datang tapi mendapatkan penolakan oleh warga sekitar, tentu kondisinya sungguh mengkhawatirkan," kata Politikus senior ini.