REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menegaskan pemerintah Indonesia tetap memantau empat orang WNI yang disandera oleh perompak di wilayah perairan Filipina selatan.
"Kita terus, dari hari ke hari, memantau usaha itu. Tetap kita lakukan jadi tidak ada, katakanlah, jeda dalam upaya untuk pembebasan, tidak ada," kata Menlu ditemui di area Kantor Presiden, Jakarta pada Senin (9/5).
Menurut Menlu, tiga negara anggota ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia dan Filipina telah melakukan pertemuan di Yogyakarta membahas keamanan perairan di perbatasan. Upaya selanjutnya dari tiga negara tersebut untuk menjaga keamanan perairan adalah membuat prosedur operasional standar yang akan diterapkan jika terjadi perompakan atau penyanderaan.
Retno menjelaskan sejumlah panglima tentara dari tiga negara yang hadir telah menyepakati akan adanya kerja sama yang sifatnya segera untuk mengatasi kejahatan di wilayah maritim.
"Sepakat while we are waiting for the SOP selesai, maka akan ada kerja sama yang sifatnya immediate," ujar Retno.
Menko Polhukam Luhut Binsar Panjaitan mengatakan pemerintah masih memantau lokasi para sandera yang ditahan oleh perompak. Pemerintah, ujar Luhut, tidak dapat membuka seluruh informasi berkaitan dengan sandera kepada publik demi upaya pembebasan dan keselamatan WNI.
Sebanyak empat anak buah kapal Tugboat Henry dan Tongkang Christi asal Malaysia masih disandera perompak di Perairan Sulu. Pihak keamanan Malaysia berhasil menyelamatkan enam ABK lainnya saat Tugboat Henry dibajak.