Senin 09 May 2016 18:20 WIB

Satu Pembangkit Bermasalah, Jayapura Defisit Listrik

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Listrik/Ilustrasi
Listrik/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kota Jayapura, Papua mengalami defisit listrik sebesar 6 Mega Watt (MW) selama tiga hari terakhir ini. Alasannya, salah satu unit pembangkit di Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Orya Genyem dengan kapasitas 2 x 10 MW tak berfungsi.

General Manager PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Wilayah Papua dan Papua Barat Yohanes Sukrislismono menjelaskan, tidak berfungsinya satu unit pembangkit di PLTA Orya disebabkan oleh kondisi air yang keruh sehingga memperberat beban kerja pembangkit.  Yohanes mengungkapkan, pihaknya telah mengoperasikan beberapa pembangkit lain termasuk juga dengan melakukan pemadaman bergilir pada beban puncak di malah hari. PLN menjamin PLTA Orya akan beroperasi secara normal lagi paling tidak dalam sepuluh hari ke depan.

"Itu rusak memang karena kualitas airnya jelek sehingga berdampak ke pembangkit. Kan di sana ada lumpur dan sedimentasi cukup tebal ya tapi pembangkit kita paksakan. Sekarang salah satunya tetap berjalan," ujar Yohanes, Senin (9/5).

Yohanes mengatakan, PLN wilayah Papua dan Papua Barat sebetulnya sudah melaporkan kepada PLN pusat atas kondisi air keruh yang terjadi belakangan. Rencananya, PLN akan membangun sabuk penahan sekaligus berfungsi sebagai penyaring lumpur yang akan mengurangi beban pembangkit nantinya.

Kondisi serupa juga dialami oleh Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Prafi, Manokwari, Papua Barat yang juga terkendala kondisi air sungai yang keruh. PLN menduga adanya penebangan liar di area hulu sungai membuat aliran sungai berlumpur setiap kali hujan lebat datang.

Direktur Utama PT PLN (persero) Sofyan Basyir menjelaskan bahwa beberapa sistem kelistrikan memang masih mengalami defisit. Pihaknya mencatat, untuk Sumatra masih mengalami defisit 23 persen. Sedangkan defisit juga terjadi di Kalimantan sebesar 14 persen, Sulawesi, dan Nusa Tenggara sebesar 14 persen, serta Maluku, Papua, dan Papua Barat sebesar 12 persen. Hanya Pulau Jawa saja yang tercatat tidak defisit listrik.

"Yang dimaksud sistem kelistrikan mengalami defisit adalah jika beban puncak melebihi daya mampu. Jadi ada pengurangan beban, biasanya ada pemadaman," ujar Sofyan.

Sofyan mengatakan, upaya PLN untuk mengatasi defisit listrik adalah dengan menyiapkan Mobile Power Plant (MPP) dan Marine Vessel Power Plant (MVPP) sebesar 1.440 MW sampai akhir 2017.

"Sampe akhir Maret 2016, sudah COD (beroperasi secara komersial) ada 120 MW. Akhir 2016 ada 1.185 MW dan 2017 ada 135 COD tambahan," ujar Sofyan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement