REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Bencana alam pergerakan tanah di kawasan Desa Sindangsari, Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut, Jawa Barat, masih terus terjadi hingga memperparah kerusakan rumah penduduk setempat.
"Sejak (19 Februari 2016) peristiwa pergerakan tanah hingga warga harus mengungsi, masih terus terjadi pergerakan tanah," kata Petugas Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan Cisompet pada Dinas Sosial Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kabupaten Garut, Jajang Supyana melalui telepon seluler, Senin (9/5).
Ia menyebutkan pergerakan tanah yang cukup besar dan memberikan dampak kerusakan yakni Maret sebanyak tiga kali, kemudian April sebanyak empat kali.
Selain itu, lanjut dia, pergerakan tanah skala kecil sering dilaporkan warga sekitar. "Pergerakan tanah kecil yang tak terhitung," katanya.
Ia mengatakan dampak dari pergerakan tanah itu membuat retakan pada bangunan dinding rumah penduduk.
Bahkan, lanjut dia, rumah yang sebelumnya sudah rusak retak-retak semakin besar dan panjang retakannya.
"Tercatat selama April, pergerakan tanah menyebabkan 10 rumah rusak ringan dan dua rumah rusak berat," katanya.
Akibat bencana pergerakan tanah itu ratusan warga harus mengungsi ke tenda darurat yang sudah disediakan pemerintah.
Sebagian besar warga Desa Sindangsari enggan kembali ke rumahnya karena takut menimbulkan bahaya ketika terjadi pergerakan tanah. "Mereka tak mau mengambil risiko menempati rumah yang sebelumnya hanya terancam, takut ada pergerakan tanah susulan," katanya.
Ia menyebutkan warga yang harus mengungsi sebanyak 103 keluarga atau sekitar 295 jiwa. Menurut dia korban bencana itu mengharapkan pemerintah untuk segera merelokasinya ke tempat lebih aman dari bencana.
"Sekarang kondisi di tempat pengungsian memang sudah tidak nyaman, warga berharap segera direlokasi," katanya.