REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah negara Islam di kawasan Timur Tengah masih dilanda konflik. Upaya masing-masing pemerintah yang selama ini dilakukan belum maksimal untuk menyelesaikan konflik.
Wakil Ketua Umum PBNU, Maksum Machfoedz, menilai penyelesaian konflik-konflik antar negara Islam di Timur Tengah, tidak cukup dilakukan pemerintah dengan pemerintah. Menurut Maksum, langkah alternatif lain harus turut dilakukan sebagai langkah pendamping, seperti pendekatan kelompok dengan kelompok.
"G to G penting tapi tidak cukup, harus ada inisiatif pada level P to P," kata Maksum, Senin (9/5).
Hal itu terbukti, lanjut Maksum, lewat keberadaan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang selama ini aktif tapi belum memberi hasil signifikan dalam penyelesaian konflik. Ia berpendapat, ketidakefektifan OKI terjadi dikarenakan ketegangan tidak terjadi di atas saja, melainkan di level orang dengan orang.
Maksum berkaca atas pengalaman PBNU di Afghanistan, yang berhasil menyatukan sedikitnya 15 kelompok-kelompok Islam yang saling berkonflik satu sama lain. Padahal, masing-masing kelompok sangat sulit dipertemukan tanpa ada jaminan keselamatan yang pasti, termasuk untuk berada di satu pesawat.
Namun, ketegangan itu berhasil diredam lima tahun lalu lewat pendekatan orang ke orang, yang akhirnya berhasil mempertemukan ulama-ulama yang ada di Afghanistan. Maka itu, Maksum sangat berharap pengalaman PBNU itu dapat ditularkan ke negara-negara Islam lain, sehingga perdamaian dapat benar-benar diwujudkan.
Baca juga, OKI: Iran Dorong Konflik Sektarian.