REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Bulog) turut membantu mengampanyekan cara makan yang benar sebagai bagian dari upaya pemerintah menciptakan ketahanan pangan nasional.
"Orang Indonesia itu kalau makan mesti ada sisanya kira-kira 30 persen. Beda dengan orang Arab," katanya saat memberikan kuliah umum pada peringatan Hari Ulang Tahun Bulog di Jakarta, Selasa.
Sebetulnya, lanjut dia, cara makan yang baik itu tidak perlu dikampanyekan karena sejak kecil masyarakat Indonesia sudah diajari orang tuanya. Namun pola hidup modern telah mengubah kebiasaan yang baik itu. "Padahal kita dulu diajari bagaimana makan yang baik dan mesti bersih," kata Wapres.
Kebutuhan beras secara nasional, jelas dia, mencapai 110 kilogram per orang setiap tahun. Kebutuhan masyarakat Indonesia akan beras lebih tinggi dibandingkan dengan Jepang sebanyak 60 kilogram dan Malaysia hanya 47 kilogram per orang per tahun.
Dalam kesempatan tersebut, Kalla juga mengingatkan akan pentingnya tugas utama Bulog dalam menjaga keseimbangan dan stabilitas pangan nasional. "Memang tidak mudah. Bulog selalu jadi kambing hitam setiap ada masalah," ujarnya.
Oleh sebab itu, dia mendorong Bulog untuk melakukan modernisasi, terutama dalam merealisasikan program ketahanan pangan nasional. "Menjaga harmonisasi dan keseimbangan beras itu sedih di negara-negara mana pun, termasuk di Malaysia," ujarnya.
Baca juga, Ini Kronologi Masuknya Beras Oplosan.
Apalagi, menurut Kalla, menjadi pimpinan Bulog itu mengemban tugas yang sangat berat. "Dulu saat memimpin Bulog ada dana taktis senilai Rp 600 miliar di tangan saya. Pada saat itu yang bisa mengeluarkan dana itu hanya dua orang, kepala Bulog dan Presiden. Nah, dana itu mau diapakan? Itulah tugas pentingnya Bulog," ujarnya.